Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Mengapa Belanda Minta Maaf Sedalam-dalamnya ke Bangsa Indonesia atas Kekerasan saat Penjajahan?

Mengapa Belanda Minta Maaf Sedalam-dalamnya ke Bangsa Indonesia atas Kekerasan saat Penjajahan? Kredit Foto: Reuters/Kai Loyens

Mengingat Masa Lalu

Indonesia mendeklarasikan kemerdekaan pada tahun 1945, tak lama setelah kekalahan Jepang yang menduduki negara itu selama Perang Dunia II. Tetapi Belanda ingin bertahan di bekas jajahannya, dan mengirim pasukan untuk menumpas para pemberontak kemerdekaan.

Sekitar 100 ribu orang Indonesia kemudian tewas sebagai akibat langsung dari perang, dengan mundurnya Belanda pada tahun 1949. 

Kejahatan Belanda tersebut termasuk penahanan massal, penyiksaan, pembakaran kampung (desa), eksekusi dan pembunuhan warga sipil, menurut Frank van Vree, seorang profesor sejarah perang di Universitas Amsterdam, selama presentasi penelitian tersebut, yang disiarkan secara online.

Pengadilan Belanda telah memutuskan bahwa pemerintah yang berbasis di Den Haag harus memberikan kompensasi kepada janda dan anak-anak pejuang Indonesia yang dieksekusi oleh pasukan kolonial. Pengadilan juga menyebut bahwa statuta pembatasan tidak berlaku dalam kasus perjuangan kemerdekaan Indonesia.

Raja Willem-Alexander sendiri pernah datang ke Indonesia pada Maret 2020, dan dalam kunjungannya itu, ia meminta maaf atas kekerasan yang dilakukan Belanda.

Studi, sementara itu, mencatat bahwa selama perang, pemerintah dan militer mendapat dukungan dari masyarakat yang setuju dan media yang tidak kritis, yang berakar pada 'mentalitas kolonial'.

"Jelas bahwa di setiap tingkatan, Belanda tanpa ragu menerapkan standar yang berbeda untuk … para ‘subjek’ kolonialnya," kata ringkasan pada temuan tersebut.

Namun, seorang perwakilan dari Institut Veteran Belanda, telah mengungkap ketidaksetujuannya terhadap studi tersebut. Ia pun mengkritik temuan terbaru itu, mengatakan bahwa penelitian itu telah membangkitkan 'perasaan tidak nyaman'.

"Para veteran yang bertugas di bekas Hindia Belanda secara kolektif telah ditempatkan di dok tersangka berkat kesimpulan yang tidak berdasar ini," ucap direktur lembaga itu, Paul Hoefsloot, dalam sebuah pernyataan tertulis.

Meskipun studi tersebut berfokus pada tindakan Belanda, Hoefsloot mencatat bahwa pasukan Indonesia juga menggunakan kekerasan 'intens'.

Menurutnya, kekerasan dari pasukan Indonesia setidaknya telah menewaskan sekitar 6 ribu orang pada fase awal konflik, dengan sasaran orang Eurasia, Maluku, dan kelompok minoritas lainnya. 

Halaman:

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Muhammad Syahrianto

Bagikan Artikel: