Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Kremlin: Rusia Siap Hentikan Operasi Militernya Jika Ukraina Bersedia Ubah Konstitusinya

Kremlin: Rusia Siap Hentikan Operasi Militernya Jika Ukraina Bersedia Ubah Konstitusinya Kredit Foto: Reuters/David W Cerny

Peskov kemudian melanjutkan bahwa Rusia 'telah dipaksa' untuk mengambil tindakan tegas, melakukan demiliterisasi Ukraina, alih-alih hanya mengakui kemerdekaan daerah yang memisahkan diri.

Ini untuk melindungi 3 juta penduduk berbahasa Rusia yang ada di republik-republik ini, yang kata Peskov sedang diancam oleh 100 ribu tentara Ukraina.

Baca Juga: Buntut Invasi ke Ukraina, Italia Sita Villa Mewah dan Kapal Pesiar Orang Terkaya Rusia

"Kami tidak bisa begitu saja mengakui mereka (Donetsk dan Lugansk). Apa yang akan kami lakukan dengan 100 ribu tentara yang berdiri di perbatasan Donetsk dan Lugansk yang bisa menyerang kapan saja. Mereka selalu membawa senjata AS dan Inggris," katanya. 

Namun, menjelang invasi Rusia, Kyiv telah berulang kali menolak klaim tersebut. Ukraina pun dengan tegas selalu menyangkal pernyataan Moskow yang  menyebut bahwa Kyiv akan melakukan serangan untuk merebut kembali wilayah separatis dengan paksa.

Sementara itu, Peskov melanjutkan bahwa situasi di Ukraina telah menimbulkan ancaman yang jauh lebih besar bagi keamanan Rusia daripada yang terjadi pada tahun 2014. Saat itu, Rusia juga mengumpulkan 150 ribu tentara di perbatasannya dengan Ukraina. Tindakan itu juga memicu kekhawatiran akan invasi Rusia, tetapi pada akhirnya, Kremlin ketika itu membatasi tindakannya pada pencaplokan wilayah Krimea.

"Sejak itu situasinya memburuk bagi kami. Pada 2014, mereka mulai memasok senjata ke Ukraina dan mempersiapkan tentara untuk NATO, membawanya sesuai dengan standar NATO.

"Pada akhirnya yang menjadi keseimbangan adalah kehidupan 3 juta orang di Donbass ini. Kami mengerti bahwa mereka akan diserang," ucap Peskov, mengamini klaim pemerintahannya.

Peskov menambahkan bahwa Rusia juga harus bertindak dalam menghadapi ancaman yang dirasakannya dari NATO. Juru bicara Kremlin tersebut mengatakan bahwa 'hanya masalah waktu' sebelum aliansi itu menempatkan rudal di Ukraina seperti yang terjadi di Polandia dan Rumania.

Baca Juga: Gegara Invasi Rusia ke Ukraina, Bankir Rusia Ini Kehilangan Gelar Miliarder Dunia!

"Kami baru mengerti bahwa kami tidak tahan dengan ini lagi. Kami harus bertindak," katanya.

Halaman:

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Aldi Ginastiar

Bagikan Artikel: