Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Belum Berakhirnya Perang Bikin Industri Penerbangan Rusia Terpukul karena Barat...

Belum Berakhirnya Perang Bikin Industri Penerbangan Rusia Terpukul karena Barat... Kredit Foto: Wikimedia Commons/Flickr/Marko Stojkovic
Warta Ekonomi, Washington -

Sejak Perang Dingin berakhir industri penerbangan Rusia terintegrasi dengan industri penerbangan dunia. Maka sanksi-sanksi negara-negara Barat dan sekutu-sekutunya pada Moskow sebagai respon invasi Rusia ke Ukraina akan menimbulkan konsekuensi yang lebih besar dibandingkan sanksi ke Iran dan Korea Utara (Korut).

Pabrik, penyewa, penyedia asuransi, dan layanan perawatan pesawat Rusia seperti Aeroflot, S7 Airlines dan AirBridgeCargo terdampak langsung pada sanksi-sanksi Barat.

Baca Juga: Dihantui Tragedi Malaysia Airlines MH17, Dunia Penerbangan Cemaskan Ketegangan Rusia-Ukraina

Sementara maskapai asing yang sudah terpukul naiknya harga minyak dan kini tidak bisa melewati ruang udara Rusia diperkirakan akan menaikan harga tiket dan tarif angkutan udara.

Pada Selasa (8/3/2022) kantor berita Reuters melaporkan maskapai Rusia sangat mengandalkan industri penyewaan pesawat untuk memodernisasi armada mereka dengan pesawat-pesawat terbaru Airbus dan Boeing.

Menurut perusahaan analisa Cirium saat ini maskapai-maskapai Rusia memiliki 980 pesawat penumpang.

Sebanyak 777 diantaranya didapatkan melalui sewa dan 515 diantaranya yang nilai pasarnya 10 miliar dolar AS disewa dari perusahaan asing seperti AesCap dan Air Lease.

Uni Eropa memberi perusahaan-perusahaan penyewaan pesawat waktu sampai 28 Maret untuk mengakhiri kontrak mereka di Rusia.

Tapi larangan terbang di atas ruang udara Rusia akan mempersulit perusahaan-perusahaan itu mendapatkan kembali pesawat mereka.

Selain itu mereka juga menghadapi masalah mengenai proses pembayaran pasalnya akses Rusia pada sistem pembayaran internasional SWIFT sudah diputus.

Perusahaan penyewaan pesawat juga khawatir pemerintah Rusia menasionalisasi armada untuk menjaga kapasitas domestik.

Otoritas penerbangan pemerintah Rusia merekomendasikan maskapai yang memiliki pesawat sewaan asing berhenti menerbangkannya ke luar negeri.

Pengamat mengatakan bahkan bila pesawat-pesawat itu dikembalikan dengan cepat besarnya kebutuhan untuk menempatkan pesawat-pesawat itu di tempat lain dapat menekan harga sewa di seluruh dunia. Akses maskapai-maskapai Rusia pada pasar asuransi dan reasuransi Uni Eropa dan Inggris juga dipotong.

Salah satu sumber dari industri asuransi mengatakan belum diketahui apakah pemberi sewa yang tidak bisa mendapatkan kembali pesawat-pesawat mereka mendapatkan ganti rugi. Biasanya dalam perjanjian asuransi pesawat terdapat klausul perusahaan asuransi tidak mengganti rugi bila terjadi sanksi.

Sumber yang tidak bersedia namanya disebutkan itu mengatakan mungkin ada gugatan hukum untuk mengatasi masalah itu.

Perusahaan konsultasi penerbangan IBA mengatakan maskapai Rusia sudah memesan 62 pesawat Airbus dan Boeing. Sanksi melarang pesawat-pesawat tersebut dikirimkan.

Pabrik dan perusahaan perawatan pesawat juga dilarang memberikan suku cadang dan jasa mereka pada armada maskapai Rusia.

Perusahaan Jerman Lufthansa Technik mengatakan mereka berhenti memberikan jasa pada konsumen Rusia yang melibatkan ratusan pesawat.

Kantor berita, Tass melaporkan kementerian transportasi Rusia sedang menyusun rancangan undang-undang untuk membantu maskapai negara itu sampai September 2002.

Maskapai-maskapai Rusia dapat menyewa jasa perawatan pesawat dari pihak ketiga. Kementerian juga akan menangguhkan semua inspeksi.

Beberapa pejabat tinggi penerbangan khawatir sanksi mencegah pabrik pesawat berbagai buletin dan arahan kelayakan terbang yang merupakan kunci keselamatan penerbangan.

Wakil presiden penasihat keuangan perusahaan maskapai di ACC Aviation, Viktor Berta mengatakan ada resiko maskapai Rusia harus mengganti suku cadang pada pesawat-pesawat mereka yang sedang beroperasi.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Muhammad Syahrianto

Bagikan Artikel: