Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Sebulan Invasi Rusia atas Ukraina Berlangsung, Putin Sudah Dapat Apa?

Sebulan Invasi Rusia atas Ukraina Berlangsung, Putin Sudah Dapat Apa? Kredit Foto: Reuters/Sputnik/Mikhail Klimentyev

Tapi langkah itu pun bisa menunjukkan bahwa Putin telah mengambil keputusan cerdik yang memupus anggapan bahwa dirinya adalah pemimpin yang nekat melakukan apa saja, termasuk menggunakan senjata nuklir dan kimia.

Sepertinya Putin juga menyadari tindakannya tak mendapatkan dukungan luas di dalam negeri sehingga harus berperang di dua front sekaligus: Ukraina dan opini publik di dalam negeri. Ini terlihat dari tiga indikasi berikut.

Baca Juga: Undang Vladimir Putin ke KTT G20, Indonesia Tak Perlu Ikut Narasi Amerika dan Sekutunya

Pertama, ketika pada 16 Maret dia memperingatkan "kolom kelima" (musuh dalam selimut) di Rusia yang bersekongkol melemahkan rezim. Selain gerah oleh kritik oposisi dan aktivis, Putin juga kecewa kepada kalangan tertentu dalam tubuh militer dan dinas intelijen FSB, sampai melucuti wakil panglima garda nasional Jenderal Roman Gavrilov dan beberapa petinggi FSB setelah Rusia gagal mengalahkan Ukraina secara kilat.

Menteri Pertahanan Sergey Shoigu pun sempat "menghilang" dari publik selama hampir dua pekan sebelum tampil beberapa detik saat telekonferensi bersama Putin pada 24 Maret. Situasi yang sama dialami panglima angkatan bersenjata Jenderal Valery Gerasimov. Kedua tokoh kepercayaan Putin itu dianggap yang paling bertanggung jawab atas kegagalan Rusia di Ukraina.

Kedua, pada 18 Maret ketika Putin menggelar rapat akbar di Stadion Luzhniki di Moskow untuk membela invasi Ukraina dan memperingati aneksasi Krimea. Melalui acara itu, Putin ingin menunjukkan kepada lawan-lawannya di dalam dan di luar negeri bahwa dia masih didukung luas oleh rakyat.

Indikasi ketiga adalah pelibatan kekuatan nonreguler dalam militer Rusia, seperti merekrut kombatan Suriah, tentara bayaran Wagner Group, dan pasukan Chechnya. Ini menunjukkan bahwa Putin tak bisa mengandalkan militer sepenuhnya dalam menuntaskan "operasi khusus" itu. Motivasi dan disiplin tempur bisa menjadi faktornya. 

Kini perang yang berlarut-larut membuat pasukan Rusia kehilangan momentum. Pada saat yang sama, dampak sanksi Barat mulai dirasakan secara luas oleh masyarakat biasa. Keadaan ini bisa menciptakan ketidakpuasan, termasuk dari dalam tubuh pemerintah Rusia sendiri.

Anatoly Chubais mundur dari jabatannya sebagai utusan khusus Presiden Rusia untuk organisasi internasional. Dia adalah arsitek swastanisasi Rusia pada 1990-an yang menyuburkan oligarki penyangga kekuasaan Putin.

Gubernur bank sentral Elvira Nabiullina bahkan sempat meminta mundur karena kecewa perang telah memupus upaya bank sentral selama sembilan tahun untuk menguatkan sistem moneter Rusia. Putin tak meluluskan permintaannya.

Halaman:

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Muhammad Syahrianto

Bagikan Artikel: