Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Kisah Perusahaan Raksasa: Co-op Group, Peritel Koperasi yang Miliki Banyak Jaringan Bisnis

Kisah Perusahaan Raksasa: Co-op Group, Peritel Koperasi yang Miliki Banyak Jaringan Bisnis Branding terlihat di luar supermarket Co-op di London, Inggris, 14 September 2018. | Kredit Foto: Reuters/Hannah McKay
Warta Ekonomi, Jakarta -

Co-operative Group Limited atau dikenal sebagai Co-op adalah koperasi ritel yang berbasis di Inggris yang memiliki jaringan bisnis mencakup ritel makanan, departemen store, perbankan dan asuransi, penjualan otomotif, dan layanan bangunan. Ia adalah salah satu perusahaan rakasasa Fortune Global 500.

Menurut catatan Fortune di tahun 2020, Co-op membukukan pendapatan total sekitar 29,48 miliar dolar AS. Sementara untuk labanya sekitar 528 juta dolar AS per tahun.

Baca Juga: Kisah Perusahaan Raksasa: Xiaomi, Startup dari China yang Pamornya Mendunia

Co-op memiliki akar yang bisa ditelusuri kembali kepada Rochdale Society of Equitable Pioneers, yang didirikan tahun 1844. Dibentuknya perusahaan tersebut didasarkan pada Prinsip Rochdale, yang diapat diartikan secara khusus memperkenalkan gagasan untuk mendistribusikan bagian keuntungan melalui skema yang dikenal sebagai dividen.

Inti bisnisnya sebagian besar terdapat pada North of England Co-operative Wholesale Industrial and Provident Society Limited diluncurkan di Manchester oleh 300 koperasi individu di Yorkshire dan Lancashire tahun 1863. 

Pada tahun 1872, ia dikenal sebagai Co-operative Wholesale Society (CWS) dan itu sepenuhnya dimiliki oleh koperasi yang berdagang dengan itu. CWS tumbuh pesat dan memasok produk ke toko koperasi di seluruh Inggris, meskipun banyak koperasi hanya mengambil sekitar sepertiga dari produk mereka melalui CWS.

Persaingan yang terus-menerus dan sengit dengan pedagang grosir non-koperasi lainnya inilah yang menyebabkan CWS menjadi sangat inovatif. Pada tahun 1890 CWS telah mendirikan cabang yang signifikan di Leeds, Blackburn, Bristol, Nottingham dan Huddersfield bersama sejumlah pabrik yang memproduksi biskuit (Manchester), sepatu bot (Leicester), sabun (Durham) dan tekstil (Batley).

Dalam upaya untuk menurunkan biaya transportasi yang signifikan untuk produksi, CWS bahkan memulai jalur pelayarannya sendiri yang awalnya berlayar dari dermaga Goole ke bagian benua Eropa. Salah satu kapal uap CWS, Pioneer, adalah kapal komersial pertama yang menggunakan Terusan Kapal Manchester. Ekspansi yang cepat ini berlanjut sehingga dengan pecahnya Perang Dunia I CWS memiliki kantor utama di Amerika Serikat, Denmark, Australia dan perkebunan teh di India.

Kekacauan keuangan yang menyertai Depresi Hebat pada tahun 1930-an mengancam keberadaan masyarakat koperasi ritel yang semakin banyak. Sebagai tanggapan, gerakan tersebut membentuk badan baru pada tahun 1934, Co-operative Retail Services (CRS), yang bertujuan untuk beroperasi sebagai "ambulans" bagi masyarakat ritel yang gagal.

CRS dengan cepat tumbuh menjadi kekuatan dominan dalam gerakan koperasi, tidak hanya menjadi masyarakat koperasi ritel tunggal terbesar, tetapi juga salah satu dari lima kelompok department store terbaik di Inggris.

Sampai akhir Perang Dunia II, toko makanan Inggris mempertahankan pendekatan tradisional mereka, di mana pelanggan dilayani oleh pemilik toko dan staf. Namun, pada tahun 1948, sebuah toko di London menjadi koperasi pertama yang memperkenalkan konsep supermarket swalayan yang telah dirintis di Amerika Serikat.

Halaman:

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Muhammad Syahrianto
Editor: Muhammad Syahrianto

Bagikan Artikel: