Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Utang ke China Membengkak Bikin Sri Lanka Kalang Kabut, Semoga Indonesia Ambil Hikmahnya

Utang ke China Membengkak Bikin Sri Lanka Kalang Kabut, Semoga Indonesia Ambil Hikmahnya Kredit Foto: Antara/REUTERS/Dinuka Liyanawatte
Warta Ekonomi, Jakarta -

Utang yang menumpuk membuat Sri Lanka mengalami krisis terbesar sepanjang sejarah negara itu. Ribuan warga negara itu kabarnya menggelar unjuk rasa menuntut pemerintah mundur.

Sri Lanka sejatinya negara yang cukup berkembang beberapa tahun sebelumnya. Ekspor teh dan grafit dari Sri Lanka dikenal sebagai salah satu yang terbaik di dunia.

Baca Juga: Krisis Sri Lanka Bikin Kemenlu Sampaikan Kabar tentang WNI, Alhamdulillah

Namun, ketergantungan negara itu pada produk impor, termasuk kebutuhan penting seperti pupuk dan bahan bakar membuat mereka merasakan getah di belakang.

Akibat ketergantungan impor, situasi ekonomi global, terutama kenaikan harga energi yang kian meroket akibat perang Rusia dan Ukraina membuat Sri Lanka kalang kabut.

Nilai tukar uang Sri Lanka juga terus anjlok hingga harganya tak bernilai. Ditambah lagi, cadangan devisa negara itu sudah tidak tertolong.

Cadangan devisa saat ini diperkirakan hanya 1,72 miliar dolar AS, dan berpotensi terus turun. Dampaknya, Sri LAnka kini semakin kesulitan membayar utang negara.

Pada Selasa (12/4/2022) lalu, Bank Sentral Sri Lanka (CBSL) mengumumkan gagal bayar, US$ 51 miliar terhadap utang luar negeri.

"Kami kehilangan kemampuan untuk membayar," kata Kepala CBSL Nandalal Weerasinghe dikutip via Reuters.

"Kami harus fokus untuk mengimpor kebutuhan pokok. Bukan membayar utang luar negeri. Kita sudah sampai di titik membayar utang menjadi sangat menantang dan tidak mungkin," ujarnya lagi.

Hingga akhir tahun lalu, utang Sri Lanka memiliki utang luar negeri mencapai 50,72 miliar dolar AS. Jumlah ini sudah 60,85% dari Produk Domestik Bruto (PDB).

Baca Juga: Imigrasi Depak WN Turki dari Bali gegara Sembunyikan Buronan

Halaman:

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Muhammad Syahrianto

Bagikan Artikel: