Selain untuk pendidikan, simulator yang diproduksi AVS juga banyak dipesan oleh industri pertambangan dan perminyakan. Tak hanya itu, alat-alat simulator AVS ini juga lebih banyak diekspor ke Filipina lewat tender.
"Diharapkan dengan adanya business matching ini, yang tadinya kami fokus ekspor saja, tapi dibantu juga untuk menyediakan kebutuhan di dalam negeri melalui belanja pemerintah. Karena kalau kita sendiri itu cukup sulit," imbuhnya.
Baca Juga: Maruf Amin Minta Pemda Kawal Pengembangan UMKM dan Industri Halal
Dwi menjamin, alat simulator buatan AVS tak kalah bersaing dengan produk luar negeri. Di Pulau Jawa, pihaknya kerap kali harus head to head dengan produk dari Eropa seperti Inggris dan Rusia.
"Secara kualitas, lawan tender kita kebanyakan dari Australia, Rusia, dan Eropa. Beberapa kali kita menang tender lawan Australia dan Eropa. Karena dari segi cost pasti mereka lebih tinggi, namun kualitas yang hampir sama," tuturnya.
Baca Juga: Melompat Jauh Bersama, BRI Dorong Keberlanjutan UMKM Naik Kelas Lewat Digitalisasi
Selain itu, keunggulan produknya adalah, karena muatan lokal, secara konten bisa mudah di-custom sesuai kebutuhan. Dwi memastikan, Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) produk-produk AVS ini diatas 60-70%.
"Karena barang pure membuat sendiri, kecuali monitor sama komputer. Sisanya manufacturing dan teknologi 100 persen kita buat sendiri," yakin Dwi.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Ayu Rachmaningtyas Tuti Dewanto
Editor: Ayu Almas