Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Pesta Demokrasi di Filipina Diwarnai Pertumpahan Darah, 3 Orang Tewas di Tempat

Pesta Demokrasi di Filipina Diwarnai Pertumpahan Darah, 3 Orang Tewas di Tempat Kredit Foto: Reuters/Willy Kurniawan

Polisi mengungkap bahwa para korban, yang terkena granat, awalnya berniat untuk memberikan suara. Mereka pun berjalan dari desa pegunungan terpencil ke balai kota di Datu Unsay, tempat pemungutan suara dibuka di seluruh negeri pada Senin pagi. Namun, nahas, partisipasi mereka akhirnya dibalas oleh teror.

"Adalah kebiasaan bagi mereka untuk turun lebih awal karena dari desa, mereka harus berjalan kaki 8-12 jam," kata Kuntong.

Baca Juga: Filipina Murka Gegara Ulah Kapal China di Laut China Selatan, Apa Itu?

Pada tahun 2009, Maguindanao menjadi tempat bagi kekerasan politik paling mematikan di Filipina.

Pada saat itu, 58 orang dibantai oleh orang-orang bersenjata yang diduga bekerja untuk seorang panglima perang lokal. Puluhan warga itu meregang nyawa usai para pelaku menyerang sekelompok orang demi menghentikan saingan panglima untuk mengajukan pencalonannya.

Puluhan korban adalah jurnalis yang meliput pemilu.

Seorang juru bicara Komisi Pemilihan mengatakan mereka mencoba untuk memverifikasi apakah penembakan dan serangan granat terkait dengan pemilihan.

Calon wakil presiden Sara Duterte, yang juga mantan wali kota Davao di Mindanao, berharap para pemilih tidak akan 'dihilangkan haknya' sebagai akibat dari kekerasan tersebut.

Sementara teror mulai muncul, putra mantan diktator Ferdinand Marcos, masih menjadi favorit untuk memenangkan pemilihan presiden. Jika dia menang, dipastikan klan Marcos akan kembali ke puncak kekuasaan politik.

Ribuan personel dari kepolisian, angkatan bersenjata dan penjaga pantai telah dikerahkan di seluruh negeri untuk mengamankan tempat pemungutan suara dan surat suara. 

Namun, hingga Minggu, sudah ada 16 'insiden terkait pemilu', dan ini terjadi sejak 9 Januari. Kasus termasuk empat peristiwa penembakan, kata juru bicara polisi nasional Brigadir Jenderal Roderick Alba.

Sementara dilaporkan, pada pemilihan presiden 2016, jumlah insiden mencapai hingga 133 kasus.

Halaman:

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Muhammad Syahrianto

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: