- Home
- /
- EkBis
- /
- Transportasi
Masyarakat Tak Bisa Beli Tiket di Pelabuhan, BHS: Yang Bisa Akses Aplikasi Milik ASDP Cuma Calo Saja
Tokoh transportasi nasional asal Jatim Bambang Haryo Soekartono (BHS) menilai bahwa langkah PT ASDP Indonesia Ferry (Persero) yang memastikan tidak ada lagi penjualan tiket on the spot di pelabuhan dianggap salah kaprah dan justru akan mempersulit masyarakat menggunakan angkutan jasa penyeberangan.
Pasalnya, kata pria yang sering disapa BHS ini, kebijakan tidak ada lagi penjualan tiket on the spot di pelabuhan yang merupakan adaptasi seperti sistem ticketing bandara dan stasiun kereta api serta menerapkan pengisian data diri penumpang saat memesan tiket dianggap tidak efesien.
Baca Juga: Dear Pak Erick! Imbas Antrian Panjang di Merak, ASDP Dicap Gagal Total Kelola Pelabuhan
"Harusnya pihak PT ASDP tahu fungsinya angkutan penyeberangan adalah kepanjangan jalan raya seperti halnya jembatan atau jalan tol, yang setiap detik, menit, dan jam penumpang dan kendaraan bisa melakukan perjalanan menyeberang 24 jam secara non stop. Jika penerapan tidak ada lagi penjualan tiket on the spot di pelabuhan justru dimanfaatkan oleh para calo tiket," tegas BHS.
Menurut dia, angkutan penyeberangan atau kapal feri berbeda dengan pesawat terbang, kereta api, atau kapal laut jarak jauh yang tidak selalu tersedia setiap saat sehingga penyeberangan seharusnya melayani penjualan tiket dengan kemudahan dan cepat.
Walupun saat ini pihak ASDP telah memiliki cara pesan tiket lewat beberapa aplikasi lewat google. BHS menyembutkan, bahwa aplikasi untuk melayani pesanan tiket tersebut sering bermasalah dan bisa menghambat masyarakat melakukan penyemberangan.
Baca Juga: Bambang Haryo: Merak Macet Total !!! ASDP Gagal Kelola Pelabuhan
"Boleh jual tiket berbasis online tapi harus cepat dong. Alangkah baiknya, penggunakan kartu elektrik bisa dimanfaatkan seperti empat tahun lalu dalam pemesanan tiket karena lebih mudah, cepat dan aman," ujarnya di Surabaya, Jumat (13/5/2022).
Ia mencontohkan aplikasi yang dibuat ASDP seperti Ferizy yang ada di Google secara fakta. Masyarakat yang pesan lewat aplikasi tersebut alami kesulitan serta merugikan masyarakat sebagai konsumen.
"Faktanya, banyak keluhan masyarakat yang kesulitan menggunakan aplikasi ini untuk mendapatkan tiket. Sementara para calo sangat mudah mengakses aplikasi ini. Ujung-ujungnya, mau tidak mau masyarakat menggunakan jasa calo untuk mendapatkan tiket tersebut. Ini perlu di berantas, sudah seharusnya Satgas Pungli KPK, BPK, Kejaksaan dan YLKI turun tangan mengatasi masalah ini. Jika perlu selidiki pihak-pihak yang menjalin kerjasama dengan ASDP," pinta BHS.
Masih menurut BHS, munculnya calo-calo yang jumlahnya kini ratusan bahkan ribuan terjadi di lintasan penyeberangan Merak-Bakauheni. Sudah menjadi rahasia umum, biaya untuk pengurusan mendapatkan satu tiket melalui calo-calo itu menjadi mahal, misalnya tiket sepeda motor dari Rp54.000 dijual Rp65.000. Sementara tiket penumpang bengkak dari Rp19.500 menjadi Rp25.000 dengan bantuan calo-calo yang tumbuh subur di Merak-Bakauheni.
Baca Juga: Berikut Prediksi ASDP Terkait Puncak Arus Mudik Lebaran Tahun Ini
"Padahal setiap kali transaksi tiket online Ferizy saja,masyarakat sebagai konsumen sudah dikenakan biaya administrasi Rp2.500. Biaya ini seharusnya tidak boleh dikutip dari konsumen sebab pelayanan pembelian tiket sudah dibebankan kepada konsumen dengan membayar uang jasa kepelabuhanan yang cukup besar. Akibatnya, muncul ratusan kios penjual tiket yang mengais keuntungan dari tambahan biaya tiket di sekitar pelabuhan, kios-kios itu bukan travel agent resmi yang terdaftar di Kementerian Pariwisata," ungkap mantan anggota DPR RI periode 2014-2019 ini.
Dari pantau Warta Ekonomi di Google Play, beberapa aplikasi yang diduga milik ASDP, seperti aplikasi Ferizy, ASDP Seru, dan ASDP Mecer memiliki rating penilaian cukup rendah antara di angka 3.3, 2.9, bahkan belum memiliki nilai rating.
Berbagai ulasan yang diberikan di kolom penilaian aplikasi tersebut, di antaranya:
Baca Juga: Sambut Gelaran MotoGP Mandalika, ASDP Revitalisasi Pelabuhan
"Pengalaman pake aplikasi ini, giliran order kuotanya penuh, sedangkan calo-calo di pinggiran jalan bisa dengan mudahnya akses, trus apa fungsinya," tulis @Asef Novanto.
"1 Aplikasi masih ada bug,ketika mengisi biodata selalu loncat ke menumian screen, screen tidak user friendly. 2 Tidak efsien, tidak ada pilihan kapal jenis apa (brand, fasilitas yg digunaka. 3. Terlalu banyak aturan. 4. Untuk login menyulitkan," tulis @Rini Hilmayanti
"Aplikasi yang cukup membantu, cuma kalu yang belum faham pasti pusing karena banyak dalam pengisian data yang wajib diisi," tulis akun @Rokhman Mandala.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Mochamad Ali Topan
Editor: Ayu Almas
Tag Terkait: