Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Bahaya! Jumlah Persenjataan Nuklir Global Diperkirakan Bertambah, Rusia Ungguli Amerika?

Bahaya! Jumlah Persenjataan Nuklir Global Diperkirakan Bertambah, Rusia Ungguli Amerika? Kredit Foto: Creative Commons
Warta Ekonomi, Jakarta -

Persenjataan nuklir global diperkirakan akan tumbuh di tahun-tahun mendatang untuk pertama kalinya sejak Perang Dingin. 

Hal tersebut adalah analisis terbaru Lembaga think-tank Stockholm International Peace Research Institute (SIPRI), Senin (13/6/2022) yang dirilis dalam sebuah buku tahunan 2022.

Baca Juga: Korea Utara Diveto China, PBB Spontan Mati Langkah terhadap Uji Coba Nuklir?

Kondisi ini dikatakan meningkatkan risiko penggunaan senjata semacam itu dalam beberapa dasawarsa.

Salah satu pemicunya adalah  invasi Rusia ke Ukraina dan dukungan Barat untuk Kiev, yang meningkatkan ketegangan di antara sembilan negara bersenjata nuklir di dunia.

“Semua negara bersenjata nuklir meningkatkan atau peningkatkan persenjataan mereka dan sebagian besar mempertajam retorika nuklir dan peran senjata nuklir dalam strategi militer mereka,” Wilfred Wan, Direktur Program Senjata Pemusnah Massal SIPRI.

Menurutnya, ini adalah tren yang sangat mengkhawatirkan.

Tiga hari setelah invasi Moskow ke Ukraina, Presiden Vladimir Putin menempatkan penangkal nuklir Rusia dalam siaga tinggi.

Dia juga telah memperingatkan konsekuensi yang akan besar untuk negara-negara yang menghalangi jalan Rusia.

Rusia memiliki persenjataan nuklir terbesar di dunia dengan total 5.977 hulu ledak, sekitar 550 lebih banyak dari Amerika Serikat. 

Kedua negara memiliki lebih dari 90 persen hulu ledak dunia, meskipun SIPRI mengatakan China berada di tengah ekspansi dengan perkiraan lebih dari 300 silo rudal baru.

SIPRI mengatakan jumlah global hulu ledak nuklir turun menjadi 12.705 pada Januari 2022 dari 13.080 pada Januari 2021. 

Diperkirakan, 3.732 hulu ledak dikerahkan dengan rudal dan pesawat, dan sekitar 2.000 milik Rusia atau Amerika Serikat dan disimpan dalam status kesiapan yang tinggi.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Muhammad Syahrianto

Bagikan Artikel: