Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Penyerapan Tenaga Kerja Kuartal II-2022 Naik Tipis, Menteri Bahlil: Boleh Jika Mau Kritik

Penyerapan Tenaga Kerja Kuartal II-2022 Naik Tipis, Menteri Bahlil: Boleh Jika Mau Kritik Kredit Foto: Martyasari Rizky
Warta Ekonomi, Jakarta -

Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia mengungkapkan bahwa penyerapan lapangan pekerjaan pada kuartal II-2022 lebih tinggi jika dibandingkan dengan kuartal I-2022, akan tetapi, naiknya hanya sedikit.

Mendukung pernyataan tersebut, Bahlil turut memublikasikan data dari realisasi investasi II-2022, yang menunjukkan penyerapan tenaga kerja itu sendiri pada periode ini telah menyerap sebanyak 320.534 orang atau naik 2,8 persen (year on year/yoy). Jumlah ini menyerap tipis dari triwulan I-2022 sebanyak 319.013 orang.

Baca Juga: Dari VW Sampai Ford Tertarik Berinvestasi di Indonesia, Ini Kata Bahlil!

"Ini anomali. Jika dibandingkan dengan kuartal I-2022, realisasi investasi lebih tinggi di kuartal II-2022. Harusnya kan lapangan pekerjaan tinggi, tapi di sini yang paling besar adalah investasi padat modal," kata Bahlil dalam Konferensi Pers Realisasi Investasi Triwulan II-2022, di Kantor Kementerian Investasi/BKPM, Rabu (20/7/2022).

"Mereka membeli mesin-mesin, sementara mesin masuk ke lapangan pekerjaan,  yang merakit mesin itu enggak banyak. Ini salah satu yang kita genjot ke depan adalah investasi yang pekerjaanya masih bisa pakai orang, kami memintanya harus pakai orang dulu, meski memang enggak efisien kecepatan produksinya," tambahnya.

Baca Juga: Pemerintah Maafkan Holywings, Bahlil: Kita Sedang Cari Solusi yang Menguntungkan Semua Pihak

Untuk menjawab tantangan itu, Bahlil dengan tegas menyampaikan bahwa saat ini pihaknya tengah mencari solusi dan menyiasati bagaimana agar realiasi investasi tinggi dan penyerapan tenaga kerjanya juga ikut tinggi.

"Boleh kalau mau kritik, berarti enggak ada artinya dong realisasi investasinya tinggi tapi lapangan pekerjaan turun. Saya jawab, iya enggak ada artinya. Tetapi jangan hanya dari lapangan pekerjaan, nilai tambahnya saat industri ini jalan, itu yang diperhitungkan," pungkas Bahlil.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Martyasari Rizky
Editor: Ayu Almas

Bagikan Artikel: