Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Daya Beli Masyarakat Kunci Utama Indonesia Hadapi Stagflasi

Daya Beli Masyarakat Kunci Utama Indonesia Hadapi Stagflasi Kredit Foto: Fajar Sulaiman

Sementara itu, Chief Economist Bank Mandiri Andry Asmoro mengungkapkan pemulihan ekonomi Indonesia terus berlanjut meski ketidakpastian global semakin meningkat. Menurutnya, berbagai kebijakan yang dikeluarkan pemerintah berhasil membuat masyarakat lebih confidence dalam melakukan belanjanya.

Hal ini terlihat dari indeks belanja di Bali dan Nusra yang terus meningkat. Selain itu, alokasi belanja masyarakat di Juli 2022 untuk non food and beverage berkontribusi 10,4%, lebih tinggi dibandingkan periode Juli 2021 yang hanya berkontribusi 4,7%.

"Pertumbuhan kredit juga per Mei 2022 sudah 9,03%, dengan kondisi ini kemungkinan pertumbuhan kredit diatas prediksi kami yang 7,5% tahun ini. Tentu saja recovery ini perlu dijaga," katanya.

Di sisi lain, Direktur Keuangan dan Investasi BPJS Kesehatan, Arief Witjaksono Juwono Putro menjelaskan, dalam kondisi cenderung stagflasi seperti saat ini, BPJS Kesehatan terus berupaya untuk memberikan relaksasi/kemudahan membayar iuran melalui berbagai inovasi program, antara lain Program Rehab (Rencana Pembayaran Tunggakan Iuran Secara Bertahap) dan Program Autodebet. Baca Juga: Ekonomi Global Terancam Hadapi Stagflasi, Begini Penjelasan BI

"BPJS Kesehatan terus berupaya untuk mendorong tercapainya cakupan kepesertaan (universal health coverage) bagi seluruh penduduk Indonesia," tandasnya. Adapun hingga Juni 2022, jumlah peserta BPJS Kesehatan telah mencapai 241,7 juta jiwa atau 88,72 dari total penduduk Indonesia.

Dalam kesempatan yang sama, Special Advisor, Coordinating Ministry for Economic Affairs and head of IFG Progress, IFG, Reza Siregar mengatakan, dalam kondisi saat ini, sektor asuransi dalam mitigasi resiko menjadi semakin penting untuk memastikan sektor keuangan yang sehat dan stabil dalam mendukung pemulihan ekonomi.

Kendati begitu, lanjutnya risiko sektor asuransi muncul dari potensi kenaikan klaim yang tajam seiring dengan turunnya premi (underwriting) dan investasi yang buruk. Oleh sebab itu, konsolidasi berdasarkan lini usaha dan permodalan menjadi penting bagi sektor asuransi

"Kinerja Asuransi terbukti sangat dipengaruhi oleh besarnya kapital/modal dan kekuatan melakukan mitigasi resiko sangat tergantung modal perusahaan," sebutnya.

Halaman:

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Fajar Sulaiman
Editor: Fajar Sulaiman

Bagikan Artikel: