Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Berkomentar Positif Tangkal Opini Menebar Kebencian di Dunia Maya

Berkomentar Positif Tangkal Opini Menebar Kebencian di Dunia Maya Kredit Foto: (Foto: Shutterstock)
Warta Ekonomi, Jakarta -

Etika di ruang digital sama dengan di dunia nyata. Setiap orang tidak bisa seenaknya berkomentar di media digital. Ada etika-etika yang perlu dipahami. Misalnya jangan membalas kebencian dengan kebencian.

Sekarang ini banyak orang kebablasan menyuarakan pendapatnya. Komentar yang dilontarkan bahkan terkadang menggirinng opini menebar kebencian. Dampaknya tentu bisa terjadi perpecahan jika tidak diklarifikasi.

“Biasanya perpecahan atau opini hatespeech dari hoax. Kalau misal itu dari hoax, kita cukup berikan klarifikasinya. Misalnya ada hoax tentang suku, yang memancing suka a melawan suku b. Pada dasarnya itu tidak benar. Kita cari yang benar, kemudian posting sehingga semua orang bisa baca, melihat, dan mendapat pengertian yang sebenarnya,” kata Komite Edukasi Mafindo, Julita Hazeliana M, S.E saat webinar Makin Cakap Digital 2022 untuk kelompok masyarakat di wilayah Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, pada Jumat (29/7/2022).

Penyebar hoax biasanya melemparkan kata-kata berupa ajakan. Sebab itu, individu yang beretika digital pasti berusaha memadamkan suasana dengan komentar-komentar positif. Baca Juga: Indonesia Kaya Akan Keanekaragaman Budaya, Selalu Terapkan Etika Digital Saat Main Media Sosial

Ketika bermedia digital, setiap individu harus melakukan semuanya dengan sadar. Kesadaran ini bisa menimbulkan rasa tanggung jawab. Setiap postingan di media digital, baik positif dan negatif, memiliki konsekuensi.

“Sebarkan pengetahuan informasi yang sudah terbukti benar (bukan hoax),” ujar Julita.

Pengguna internet di Indonesia pada tahun 2021 mengalami peningkatan, We Are Social mencatat kini pengguna internet di Indonesia mencapai 202,6 juta pengguna, di mana sebanyak 170 juta penggunanya menggunakan media sosial. Dapat dikatakan pengguna internet mencapai 61.8% dari total populasi Indonesia.

Menurut Survei Literasi Digital di Indonesia pada tahun 2021, Indeks atau skor Literasi Digital di Indonesia berada pada angka 3,49 dari skala 1-5. Skor tersebut menunjukkan bahwa tingkat literasi digital di Indonesia masih berada dalam kategori Sedang.

Sebagai respons untuk menanggapi perkembangan TIK ini, Kementerian Komunikasi dan Informatika RI bersama Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) Siberkreasi melakukan kolaborasi dan mencanangkan program Indonesia Makin Cakap Digital. Program ini didasarkan pada empat pilar utama literasi digital yakni Kemampuan Digital, Etika Digital, Budaya Digital, dan Keamanan Digital. Melalui program ini, 50 juta masyarakat ditargetkan akan mendapat literasi digital pada tahun 2024. Baca Juga: Cegah Perundungan di Medsos! Gampang, Lakukan Dua Cara ini

Webinar #MakinCakapDigital 2022 untuk kelompok masyarakat di wilayah Kabupaten Lumajang, Jawa Timur merupakan bagian dari sosialisasi Gerakan Nasional Literasi Digital yang diselenggarakan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika bekerja sama dengan Siber Kreasi. Kali ini hadir pembicara-pembicara yang ahli dibidangnya untuk berbagi terkait budaya digital antara lain Komite Edukasi Mafindo, Julita Hazeliana M, S.E. Kemudian Dosen ilmu komunikasi UIN Sunan Ampel Surabaya dan Japelidi, Dr. Lilik Hamidah, M.Si, serta Ketua RTIK Tulungagung, Pegiat Berdesa, dan Dosen Universitas Muhammadiyah Malang, Japelidi Indonesia, Frida Kusumastuti.

Untuk informasi lebih lanjut mengenai program Makin Cakap Digital 2022 hubungi info.literasidigital.id dan cari tahu lewat akun media sosial Siberkreasi.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Fajar Sulaiman

Bagikan Artikel: