Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Habis Manis Sepah Dibuang, Tencent dan Alibaba Cs Dilepeh Habis-Habisan sama Investor!

Habis Manis Sepah Dibuang, Tencent dan Alibaba Cs Dilepeh Habis-Habisan sama Investor! Kredit Foto: Reuters
Warta Ekonomi, Jakarta -

Raksasa teknologi China yang telah menghasilkan keuntungan besar bagi investor global dalam beberapa tahun terakhir, kini kehilangan daya tarik di antara banyak pendukung awal mereka. Prospek yang meredup dalam sektor teknologi ini telah mendorong investor untuk mengunci keuntungan selagi masih bisa.

Raksasa game, Tencent, contohnya, mereka mendapatkan pendanaan pertama kali oleh Naspers, grup internet Afrika Selatan lebih dari 20 tahun lalu. Pada hari Kamis kemarin, Naspers menjual 1,1 juta saham Tencent yang mengurangi kepemilikan sahamnya menjadi di bawah 28%.

Badan investasi internasional Naspers yang berbasis di Belanda, bernama Prosus mengisyaratkan niatnya dengan memindahkan 192 juta saham tambahan senilai sekitar USD7,6 miliar (Rp113 triliun) ke dalam Sistem Kliring dan Penyelesaian Pusat Hong Kong.

Baca Juga: Miliarder Ini Sebut Gelar dari Harvard Tak Membuatnya Jadi Pengusaha, Tapi...

Melansir Forbes di Jakarta, Jumat (16/9/22) SoftBank juga baru-baru ini memotong sahamnya di raksasa e-commerce Alibaba, dan Berkshire Hathaway turut mengurangi kepemilikannya atas pembuat kendaraan listrik BYD.

"Mundurnya teknologi oleh raksasa investasi global mencerminkan perubahan siklus penting dalam ekonomi China," kata Brock Silvers, kepala investasi di Kaiyuan Capital yang berbasis di Hong Kong. "Tingkat pertumbuhan luar biasa yang menciptakan kekayaan teknologi besar tidak mungkin kembali."

Pada bulan Agustus, Tencent melaporkan penurunan pendapatan pertama perusahaan sejak 2014. Bisnis game andalannya terus menghadapi tekanan regulasi di dalam negeri, dan unit iklannya yang dulu tumbuh pesat terus berjuang dengan ekonomi yang melemah oleh penguncian berulang dan sektor properti yang merosot.

Dan karena sentimen negatif terus berlanjut, BYD juga menghadapi pertanyaan apakah momentum pertumbuhannya dapat dipertahankan.

Dipimpin oleh miliarder Wang Chuanfu, perusahaan yang berbasis di Shenzhen ini padahal melaporkan hasil paruh pertama yang cukup baik, tetapi tetap tidak menghentikan investor legendaris Warren Buffett untuk mengurangi kepemilikannya.

Kenny Ng, ahli strategi yang berbasis di Hong Kong di Everbright Securities, mengatakan sebagian alasannya mungkin karena dengan rasio harga terhadap pendapatan saat ini lebih dari 100 kali, penilaian perusahaan terlihat 'terlalu' tinggi.

Selain itu, kebijakan preferensial pemerintah, seperti pembebasan pajak untuk pembelian EV, mungkin tidak terlalu berdampak di masa depan karena antusiasme konsumen berangsur-angsur berkurang.

“Industri ini mungkin belum tentu tumbuh seperti pada paruh pertama,” kata Ng. “Akan ada dukungan pemerintah yang berkelanjutan, tetapi akan sulit untuk mempertahankan momentum yang kita lihat dalam enam bulan pertama, setidaknya dalam jangka pendek.”

Dengan latar belakang seperti itu, investor besar akan bertujuan merealisasikan keuntungan mereka.

“Ketika dihadapkan dengan ketidakpastian yang relatif besar, investor institusional, terutama mereka yang berinvestasi pada tahap awal, akan bergerak untuk mengamankan keuntungan,” kata Ng, menambahkan bahwa Naspers, SoftBank, dan Berkshire Hathaway semuanya telah menghasilkan pengembalian yang bagus dari kancah teknologi China.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Fajria Anindya Utami
Editor: Fajria Anindya Utami

Bagikan Artikel: