Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Demi Ambisi Jadi LVMH China, Miliarder Ini Justru Hidup Terlilit Utang, Sekarang Nasibnya...

Demi Ambisi Jadi LVMH China, Miliarder Ini Justru Hidup Terlilit Utang, Sekarang Nasibnya... Kredit Foto: Aceh bisnis
Warta Ekonomi, Jakarta -

Enam tahun lalu, pembuat tekstil yang kurang dikenal bernama Shandong Ruyi Group memulai akuisisi besar-besaran atas ambisi untuk menjadi LVMH dari China.

Berbasis di kota kelahiran Confucius, sang Ketua Qiu Yafu menghabiskan lebih dari USD3 miliar (Rp44,9 triliun) untuk membeli aset dari jalan raya Paris hingga jantung kota London untuk menjahit di Savile Row. 

Qiu membeli merek fesyen Prancis Sandro dan Maje, serta pembuat trenchcoat warisan Inggris Aquascutum dan pembuat kain elastis Lycra. Impian besar itu telah terurai, dan Ruyi berada di tengah kekacauan yang melibatkan beberapa lembaga keuangan terbesar di dunia.

Baca Juga: Hati-hati, China Tidak Main-main dengan Media di Indonesia, Siaran Radio Ini Buktinya

Mengutip Yahoo Finance di Jakarta, Selasa (20/9/22) Ruyi sekarang kehilangan kendali atas bisnis utama dan terkunci dalam perselisihan dengan kreditur termasuk Carlyle Group Inc. 

Pada bulan Juni, pemberi pinjaman mengambil alih Wilmington, Lycra Co. yang berbasis di Delaware, produsen spandeks yang dibeli Ruyi dari miliarder Koch bersaudara. Bulan berikutnya, likuidator untuk lengan lain dari Ruyi mulai mengundang tawaran untuk Gieves & Hawkes, penjahit dipesan lebih dahulu yang mendandani setiap raja Inggris sejak George III. Keputusan pengadilan dalam beberapa bulan mendatang bisa memutuskan nasib aset lainnya.

Kebangkitan Ruyi terjadi di tengah gelombang kesepakatan keluar senilai USD400 miliar (Rp5.992 triliun) dari China saat pemerintah berusaha membangun juara global. Pihak berwenang mendorong produsen tradisional untuk meningkatkan rantai nilai dan membantu membangun ekonomi yang didorong oleh konsumsi.

Ruyi sekarang mencoba melepas aset di pasar yang sulit, bergabung dengan konglomerat China seperti HNA Group Co. dan Anbang Insurance Group Co. yang telah membalikkan kesepakatan global mereka.

Qiu merupakan seorang mantan pekerja pabrik yang hari ini berusia 64 tahun. Ia telah bersembunyi di kamar hotel Hong Kong selama beberapa bulan terakhir untuk bernegosiasi dengan kreditur. Dia mencoba mempertahankan bagian dari kerajaan internasionalnya, yang juga mencakup label Cerruti 1881 yang terinspirasi Italia dan pengecer pakaian pria Inggris Kent & Curwen.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Fajria Anindya Utami
Editor: Fajria Anindya Utami

Bagikan Artikel: