Perkuat Ekosistem Pasar Digital, Titipku Kembangkan Model Bisnis B2B2C
Dalam perayaan perjalanannya yang memasuki tahun ke-6, Titipku kembali memperkuat misinya dalam membangun ekosistem digital yang baik untuk pasar tradisional melalui kehadiran aplikasi dan model bisnis ke arah B2B2C.
CEO Titipku Henri Suhardja menyampaikan bahwa Titipku berangkat dari visinya, percaya pada society sustainability yang berarti bahwa dalam pengembangan bisnis, Titipku menjadi saluran berkat bagi masyarakat yang tidak hanya berpikir secara ekonomi dan finansial hanya untuk perusahaan semata, namun untuk memberikan menfaat yang lebih banyak kepada masyarakat.
"Kita tahu bahwa UMKM berkontribusi 60% untuk GDP Indonesia, dan itu sebabnya kami fokus untuk membantu digitalisasi UMKM terutama pedagang di pasar tradisional dan kami membangun ekosistem Titipku untuk mendukung masyarakat lokal," tutur Henri dalam jumpa pers daring pada Jumat (14/10/2022).
Baca Juga: Bantu Digitalisasi UMKM Pasar, Titipku Luncurkan Aplikasi Titipku Lapak
Untuk membangun misinya ini, Titipku menggandeng stakeholders dan partner dalam membangun ekosistem dan pengembangan aplikasinya. Henri menyampaikan, bahwa mempersiapkan ekosistem digital perlu diawali dengan menciptakan wadah atau aplikasinya yang saat ini Titipku telah memiliki tiga aplikasi, yaitu aplikasi untuk pembeli, aplikasi untuk pedagang pasar yang diberi nama Titipku Lapak, dan aplikasi untuk personal shopper yang disebut Jatiper.
Berperan untuk mengantarkan produk pasar menuju end customer, melalui aplikasi Titipku, pedagang di pasar tidak perlu lagi menunggu pembeli untuk datang ke lapak, melainkan transaksi dapat dilakukan dari jauh melalui platform digital yang telah disediakan. Hal ini pun dapat membantu pedagang untuk mengenal lebih banyak calon pelanggan.
"Ekosistem digital yang ingin dibangun Titipku ini juga membuat kami berkomitmen pada model bisnis B2B2C atau business to business to customer. Jadi melalui Titipku ini, kita tidak hanya memenuhi kebutuhan rumah para pelanggan lewat sistem belanja dari rumah, melainkan juga kita berusaha memenuhi kebutuhan para pedagang, baik kebutuhan terkait pasokan barang dagangan maupun kebutuhan terkait modal usaha," terang Henri.
Perkembangan pada model bisnis B2B2C ini dimulai dari awal layanan Titipku secara B2C, di mana model bisnis awal ini telah mendapatkan hasil yang cukup memuaskan yang dalam waktu singkat, Titipku bisa hadir di sekitar 150 pasar dan 10.000 pedagang di wilayah Jabodetabek.
Dengan berkolaborasi bersama pasar, Titipku pun memutuskan untuk membuka unit bisnis baru B2B yang secara keseluruhan membawa pada model bisnis B2B2C untuk membantu pedagang yang mengalami kesulitan terhadap akses modal dan supply yang terbatas untuk dapat naik kelas.
Terkait proses perkembangan model bisnis baru ini, Co-Founder Titipku Ong Tek Tjan menyampaikan, "di masa lalu kita itu membantu pedagang pasar untuk bertahan di era pandemi. Kita sebagai salah satu solusi buat mereka. Nah, saat ini kita mengubungkan para pedagang, pada dasarnya kita ingin memperkuat para pedagang pasar ini supaya di masa depan mampu memberikan produk yang semakin berkualitas dan harga yang semakin bersaing."
Untuk membantu para pedagang yang memiliki keterbatasan modal dan supply, Titipku bekerja sama dengan lembaga keuangan di mana Titipku akan memgambil peran untuk membantu menyalurkan kredit yang bisa digunakan untuk modal kerja bagi pedagang dengan pula disertai bantuan dalam penggunaannya, yaitu Titipku akan turut menjadi pengubung antara pedagang dengan supplier sehingga penggunaan dana bantuan dapat digunakan dengan semestinya.
"Artinya di sini kita tidak membiarkan para pedagang bernegosiasi dengan para supplier karena itu akan mengakibatkan daya tawar mereka kecil dan rendah, tetapi Titipku akan membantu sehingga dengan kekuatan dan dukungan Titipku, permodalan yang kita siapkan, pedagang tidak perlu khawatir mereka akan mengalami kesulitan," pungkas Ong Tek Tjan.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Tri Nurdianti
Editor: Rosmayanti
Tag Terkait: