Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Marketing 5.0: Machine is Cool, Human is Warm

Marketing 5.0: Machine is Cool, Human is Warm Kredit Foto: Unsplash/Mailchimp
Warta Ekonomi, Jakarta -

Menonton film atau membaca karya-karya fiksi ilmiah tentang relasi manusia dan mesin selalu menarik. Selain karena mengusung sentuhan futuristik, juga plot cerita yang tak jarang mengaduk-aduk emosi. Hingga saat ini, sudah banyak sekali karya fiksi ilmiah yang mengangkat tema relasi manusia dan mesin ini, dari persahabatan hingga permusuhan.

Yang paling menarik, baik film fiksi ilmiah yang beraliran utopia maupun distopia, banyak ide-idenya yang sudah mendekati kenyataan atau bahkan sudah menjadi kenyataan pada saat ini. Ide perbincangan manusia dan mesin seperti dalam film Finch (2021), Her (2013), atau Robot & Frank (2021), misalnya, menjadi semakin nyata dengan kehadiran chatbot atau teknologi virtual assistant berbasis kecerdasan buatan (AI).

Ide robot pengganti dalam film Surrogates (2009) yang dibintangi Bruce Willis juga semakin dekat dengan kenyataan. Film ini mengisahkan, pada masa depan, robot-robot pengganti manusia akan mendominasi. Manusia memilih tinggal di rumah saat para surrogates bekerja menggantikan mereka dengan dikendalikan dari jarak jauh.

Baca Juga: UMKM Bisa Sukses dengan Digital Marketing Melalui Platform Digital Berbagi

Sementara, di kehidupan nyata, peran mesin β€œsurrogates” semakin banyak dengan menggantikan tugas-tugas manusia. Menurut laporan The Future of Jobs yang dirilis oleh World Economic Forum, pada tahun 2025, akan ada 43% pelaku industri yang melakukan reduksi atau pengurangan jumlah tenaga kerja sebagai konsekuensi dari penerapan integrasi teknologi tersebut.

Perkembangan teknologi supermaju ini memang sebuah keniscayaan dalam sejarah manusia. Teknologi ini bisa dimanfaatkan untuk menopang kehidupan manusia (tech for good), tetapi juga bisa digunakan untuk tujuan jahat dengan daya rusak luar biasa (tech for bad).

Yuval Noah Harari, penulis buku Homo Deus dan Sapiens, mengatakan ada tiga tantangan besar yang dihadapi manusia pada abad ini, yakni perang nuklir, perubahan iklim, dan disrupsi teknologi, khususnya kebangkitan kecerdasan buatan dan bioengineering. β€œIni akan mengubah dunia lebih dari apa pun,” katanya.

Benarkah teknologi kelak akan seratus persen menggantikan peran manusia? Benarkah manusia akan menemukan kebahagiaan sejati ketika hidupnya ditopang dengan mesin-mesin pintar? Namun, mengapa banyak orang yang sudah mulai bosan dengan perjumpaan virtual melalui Zoom dan ingin kembali tatap muka secara fisik dengan teman-temannya? Dan, mengapa mereka berbondong-bondong lagi balik ke mal padahal mereka bisa belanja secara daring di platform e-commerce?

Machine is Cool, Human is Warm

Relasi manusia dan mesin menjadi salah satu topik sentral yang diangkat dalam buku Marketing 5.0, Technology for Humanity (Wiley, 2021). Buku ini menyebut bagaimana teknologi-teknologi maju (Next Tech), seperti AI, natural language processing (NLP), teknologi sensor, robotik, augmented reality (AR) dan virtual reality (VR), hingga IoT dan blockchain bisa dimanfaatkan oleh pemasar membentuk pengalaman baru pelanggan (New CX).

Buku ini juga menggarisbawahi kedekatan relasi manusia dan mesin. Pasalnya, teknologi tak lain merupakan replikasi atau perpanjangan kemampuan dan kebutuhan manusia. AI, misalnya, merupakan replikasi dari kemampuan berpikir manusia. Replikasi ini sudah dibahas di tulisan yang lalu tentang relasi intim manusia dan mesin.

Baca Juga: Imigrasi Depak WN Turki dari Bali gegara Sembunyikan Buronan

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Rosmayanti

Bagikan Artikel: