Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Mengenal Konsumsi Minyak Nabati di Uni Eropa, Bagaimana dengan Sawit?

Mengenal Konsumsi Minyak Nabati di Uni Eropa, Bagaimana dengan Sawit? Pekerja menurunkan Tandan Buah Segar (TBS) kelapa sawit dari atas mobil di Desa Lemo - Lemo, Kabupaten Mamuju Tengah, Sulawesi Barat, Sabtu (2/7/2022). Harga TBS kelapa sawit tingkat pengepul sejak sebulan terakhir mengalami penurunan harga dari Rp2.280 per kilogram menjadi Rp800 per kilogram disebabkan banyaknya produksi. | Kredit Foto: Antara/Akbar Tado
Warta Ekonomi, Jakarta -

Dari 17 minyak nabati dunia, terdapat 4 minyak nabati utama yang paling dominan diproduksi dan dikonsumsi secara internasional, termasuk di Uni Eropa. Keempat minyak nabati tersebut ialah minyak kedelai, minyak rapeseed, minyak bunga matahari, dan minyak sawit.

Dari keempat minyak nabati utama yang konsumsi Uni Eropa, terdapat tiga minyak nabati yang diproduksi di Uni Eropa, yakni minyak rapeseed, minyak bunga matahari, dan minyak kedelai. Sementara, minyak sawit tidak diproduksi di Uni Eropa karena tanaman ini merupakan tanaman tropis yang tidak dapat tumbuh di kawasan negara tersebut.

Baca Juga: Bangladesh Salah Satu Importir Minyak Sawit Indonesia, Beralih ke Malaysia?

"Pertumbuhan konsumsi minyak nabati Uni Eropa yang lebih cepat dari pertumbuhan produksi minyak nabati domestik, menyebabkan ketergantungan Uni Eropa dari minyak nabati impor semakin meningkat," catat laporan PASPI, dikutip Kamis (3/11/2022).

Berdasarkan USDA dalam laporan PASPI, pada tahun 2000, produksi minyak nabati Uni Eropa mencapai 9,75 juta ton, sementara konsumsinya telah mencapai 12 juta ton. Pada tahun tersebut, produksi domestik hanya mampu memenuhi 81 persen dari total konsumsi domestik dan sekitar 19 persen kebutuhan domestiknya harus dipenuhi dari impor.

Sementara itu, pada tahun 2010, produksi minyak nabati Uni Eropa mencapai 13,76 juta ton. Namun, peningkatan konsumsinya telah menjadi 20,56 juta ton. Artinya, produksi domestik hanya mampu memenuhi 66 persen dari kebutuhannya sehingga sekitar 34 persen kebutuhan minyak nabati domestik harus dipenuhi dari impor.

Data PASPI merangkum, pola konsumsi minyak nabati Uni Eropa juga telah mengalami perubahan dalam 20 tahun terakhir. Pada kurun waktu 2000-2021, pola konsumsi minyak rapeseed naik dari 27 persen menjadi 38 persen, kemudian diikuti minyak sawit yang naik menjadi 29 persen, minyak bunga matahari naik menjadi 18 persen. Sementara itu, pangsa konsumsi minyak kedelai turun dari 18 persen menjadi 12 persen pada periode tersebut.

"Untuk memenuhi kebutuhan konsumsi minyak nabati domestik yang terus meningkat, Uni Eropa harus mengimpor minyak nabati dengan volume yang juga terus mengalami peningkatan. Impor minyak nabati terbesar adalah minyak sawit dengan volume yang terus meningkat dari sekitar 2,8 juta ton tahun 2000 menjadi sekitar 7 juta ton tahun 2021 atau naik hampir tiga kali lipat," catat laporan PASPI.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Ellisa Agri Elfadina
Editor: Puri Mei Setyaningrum

Bagikan Artikel: