Sementara itu, berkaitan dengan minyak sawit, kandungan asam lemak jenuh (saturated fatty acid) yang cukup tinggi dengan proporsi mencapai 50 persen digunakan oleh asosiasi produsen kedelai Amerika (ASA) untuk memojokkan minyak sawit dengan menggunakan isu kolesterol.
Propaganda tersebut juga didukung oleh framing berita dari media massa yang makin memojokkan minyak sawit dengan isu tersebut. Karenanya, berimplikasi terbangunnya persepsi buruk hingga label minyak sawit sebagai minyak berkolesterol.
Baca Juga: Turun Tipis, Harga Sawit Petani Menjadi Rp2.735,68 per Kilogram
"Namun, tuduhan tersebut tidak pernah terbukti oleh riset-riset ahli gizi dan kesehatan di berbagai negara. Sejauh ini tak satupun ahli-ahli gizi di dunia yang pernah mengatakan bahwa minyak goreng dari nabati seperti minyak goreng sawit mengandung kolesterol. Kolesterol hanya dihasilkan oleh hewan dan manusia, sedangkan tanaman tidak memiliki kemampuan menghasilkan kolesterol. (Calloway and Kurtz, 1956; USDA, 1979; Life Science Research Office, 1985; Cottrell, 1991; Muchtadi, 1998; Muhilal, 1998; Hariyadi, 2010; Giriwono dan Andarwulan 2016)," catat laman Palm Oil Indonesia.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Ellisa Agri Elfadina
Editor: Puri Mei Setyaningrum
Tag Terkait: