Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Ungkapkan Kekecewaan hingga Ancam Angkat Senjata, Bupati Meranti Kena Sentil: Air Beriak Tanda Tak Dalam

Ungkapkan Kekecewaan hingga Ancam Angkat Senjata, Bupati Meranti Kena Sentil: Air Beriak Tanda Tak Dalam Kredit Foto: ANTARA FOTO
Warta Ekonomi, Jakarta -

Pernyataan Bupati Meranti, Muhammad Adil, yang mengancam akan bergabung dengan Malaysia membuat nasionalismenya dipertanyakan.

"Ini karena kami daerah miskin. Kalau kami kaya kami biarkan saja sudah ambil Rp10 triliun pun nggak apa-apa. Kami daerah miskin, daerah ekstrem," kata Adil dalam video di akun YouTube Dinas Komunikasi Informasi dan Statistik (Diskominfotik) Provinsi Riau, Minggu (11/12).

Baca Juga: Ada Pesan untuk Bupati Meranti: 'Jangan Kayak Preman Pasar!'

Pernyataan itu disampaikan Adil da­lam acara rapat koordinasi Pengelolaan Pendapatan Belanja Daerah di Pekanbaru pada 9 November lalu. Dalam acara itu, Adil mempertanyakan soal Dana Bagi Hasil (DBH) minyak di Kepulauan Meranti.

Adil tak puas dengan jawaban yang diberikan oleh Direktur Jenderal Perimbangan Keuangan Kementerian Keuangan (Kemenkeu), Lucky Alfirman, saat menjawab pertanyaannya. "Jadi, kalau daerah miskin ada minyak, bapak ibu ambil uangnya entah dibawa ke mana, pemerataan, pemerataan ke mana. Seharusnya kami ini yang menjadi prioritas," katanya.

Adil kembali mempertanyakan ba­gaimana bisa pendapatan dari tambang minyak di Meranti bertambah, tetapi uang yang mereka peroleh justru berkurang. "Maksud saya, kalau bapak tak mau ngurus kami, pusat tidak mau mengurus Meranti, kasihkan kami ke negeri sebe­lah," ujarnya.

Adil bahkan sempat melontarkan pernyataan terkait apakah perlu rakyat Meranti angkat senjata untuk menyele­saikan hal ini. "Apa perlu Meranti angkat senjata, kan tak mungkin. Kalau tidak bisa nanti kita ketemu di mahkamah," ucap Adil.

Dalam kesempatan itu, Adil sempat menyebut Kemenkeu diisi iblis dan setan. Pernyataan ini dia lontarkan lantaran kesal merasa tidak mendapat kejelasan terkait DBH yang mestinya diterima Pemkab Meranti.

"Meranti layak mendapat DBH dengan hitungan 100 dolar AS per barel. Namun, pada 2022 ini, DBH yang diterima hanya Rp114 miliar dengan hitungan 60 dolar AS per barel," beber dia.

Adil mendesak Kemenkeu agar DBH yang diterima menggunakan hitungan 100 dolar AS per barel pada 2023. "Kemarin waktu zoom dengan Kemenkeu tidak bisa menyampaikan dengan terang. Didesak, desak, desak barulah menyampaikan dengan terang bahwa 100 dolar AS per barel," kata Adil.

Adil mengaku sampai mengejar orang dari Kemenkeu hingga ke Bandung untuk mendapat penjelasan. "Itu yang hadir waktu itu entah staf atau apalah. Sampai pada waktu itu saya ngomong ini orang keuangan isinya ini iblis atau setan," kata Adil.

Pernyataan Adil ini pun menuai reaksi, salah satunya dari Staf khusus Menteri Keuangan Bidang Komunikasi Strategis Yustinus Prastowo. Dia menuntut Adil minta maaf atas pernyataannya.

Baca Juga: Tak Berguna, DPR Nilai Ultimatum Bupati Meranti Cuma Pepesan Kosong Belaka: Mau Memaki Siapa...

"Kami keberatan dan menyayangkan per­kataan Bupati Meranti saudara Muhammad Adil yang sungguh-sungguh tidak adil karena mengatakan pegawai Kemenkeu iblis atau setan. Ini sungguh ngawur dan menyesatkan," kata dia.

Kepala Pusat Penerangan (Kapuspen) Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) Benny Irwan mengatakan, saat ini pihaknya tengah melakukan pembahasan internal terkait sikap Bupati Meranti tersebut.

Warganet pun turut berkomentar terkait aksi kontroversial tersebut. Akun @Muhammad_Saewad salut dengan keberanian dan ketegasan Bupati Meranti. "Keberaniannya menyuarakan ketidakadilan yang dirasakan rakyat di Kabupaten Meranti patut diapresiasi," tu­tur @RicKY_KCh

"Bupati Meranti mewakili Bupati selu­ruh Indonesia yang dikeruk asetnya oleh Pemerintah Pusat, dan rakyat selalu bersa­mamu Bapak Bupati," kata @NorisSuta.

Sementara, @jane_ritonga menilai, apa yang diucapkan Adil tidak pantas dilakukan seorang kepala daerah. Dia mempersilakan Bupati Adil pindah ke Malaysia. Tapi, Meranti tetap punya Indonesia. "Monggo Pak Bupati, kita rela kok," ujarnya.

Kata @misaelpanjaitan, Bupati boleh saja marah atas ketidakpuasan kinerja pusat. "Tapi, kalau sudah ungkit-ungkit mau gabung ke Malaysia segala, itu na­manya Anda tidak nasionalis," tukasnya.

Akun @GmailJatmiko menduga apa yang diungkapkan Bupati Meranti hanya untuk menyembunyikan ketidakmam­puannya mengelola daerah. "Air beriak tanda tak dalam, lempar batu sembunyi tangan," ujarnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Puri Mei Setyaningrum

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: