Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Transformasi Perpustakaan Dorong Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat

Transformasi Perpustakaan Dorong Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat Kredit Foto: Dokumen Pribadi
Warta Ekonomi, Jakarta -

Dalam beberapa tahun terakhir, Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (Perpusnas RI) gencar sekali melakukan transformasi perpustakaan. Khususnya berbasis inklusi sosial. Hal ini dinilai penting bagi masyarakat. Khususnya yang berada di wilayah pedesaan.

Perpusnas tengah gencar menjalankan program Transformasi Perpustakaan Berbasis Inklusi Sosial (TPBIS).

Tujuan program ini adalah agar perpustakaan tidak menjadi “menara gading”. Kehadiran dan manfaat perpustakaan harus dirasakan masyarakat. Salah satunya, mendorong peningkatan kesejahteraan masyarakat.

Baca Juga: KemenPPPA dan Perpusnas Bersinergi, Satukan Tenaga Demi Hadirkan Perpustakaan Sahabat Informasi Anak

Kepala Perpusnas RI, Muhammad Syarif Bando, menjelaskan, transformasi perpustakaan digital  tujuannya adalah untuk mempercepat terbentuknya manusia unggul dalam teknologi. Memiliki inovasi dan kreativitas. 

Program ini menyasar masyarakat yang termarjinalkan. Seperti masyarakat di daerah kumuh, masyarakat di daerah miskin, petani kecil, petambak kecil, buruh, pelaku usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM), sampai ibu-ibu rumah tangga. 

Baca Juga: Perpusnas Gelar Diskusi Bedah Buku Perdebatan Pasal 33 UUD 1945, Ini yang Dibahas

"Melalui program ini, masyarakat diberi pelatihan untuk meningkatkan skill melalui buku-buku terapan yang ada di perpustakaan," kata Syarif dalam acara talkshow yang digelar Pusat Analisis Perpustakaan dan Pengembangan blBudaya Baca Perpusnas, di  jawapos TV dengan tema "Transformasi Perpustakaan Berbasis Inklusi Sosial (TPBIS) Mendukung UMKM", Sabtu (17/12/2022)

Menurut Syarif, pelatihan dan peningkatan skill untuk masyarakat termarjinalkan ini sangat penting. Sebab, mereka selama ini miskin karena empat hal. Pertama, penguasaan ilmu pengetahuan yang kurang.

Kedua, inovasi dan kreativitas yang mimin. Ketiga, akses terhadap permodalan yang kurang. Keempat adalah kultur masyarakat yang lebih banyak bertutur dibanding membaca.

Untuk akses permodalan, Syarif menerangkan, sebenarnya Pemerintah sudah menyiapkan Kredit Usaha Rakyat (KUR) yang sangat besar. Namun, ketika masyarakat tidak memiliki skill untuk memproduksi barang dan jasa, KUR tersebut tidak terserap maksimal. Karena itulah, peningkatan skill masyarakat ini sangat penting.

Perpustakaan kemudian bergerak di bidang ini untuk meningkatkan skill masyarakat, yaitu dengan menyediakan buku-buku ilmu terapan. Untuk di desa, Perpusnas berharap, Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) bisa berkolaborasi dalam peningkatan skill masyarakat ini melalui buku-buku ilmu terapan yang disediakan perpustakaan.

“Sehigga masyarakat bisa dengan mudah menciptakan barang dan jasa,” imbuhnya.

Baca Juga: Perpusnas Serahkan Penghargaan untuk 9 Penulis Terbaik

Syarif melanjutkan, dalam pelaksanaan Program Transformasi Perpustakaan Berbasis Inklusi Sosial ini, pihaknya tidak pernah memandu masyarakat untuk memilih keahlian tertentu. Perpustakaan justru menyesuaikan dengan pilihan ekonomi masyarakat yang dikehendaki sesuai dengan potensi yang ada.

“Kami akan berkontribusi untuk mengoptimalkan dengan seluruh kemampuan untuk memfasilitasi sumber informasi yang relevan,” ucapnya.

TPBIS yang dijalankan di perpustakaan tingkat provinsi, kabupaten/kota, hingga desa/kelurahan dinilai efektif dan manfaatnya dirasakan masyarakat.

TPBIS merupakan pendekatan pelayanan perpustakaan yang berkomitmen meningkatkan kualitas hidup dan kesejahteraan masyarakat pengguna perpustakaan.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Sabrina Mulia Rhamadanty
Editor: Sabrina Mulia Rhamadanty

Bagikan Artikel: