Parasit Pemakan Otak Ditemukan di Korea Selatan, Dibawa Seorang Pria dari Thailand
Kasus pertama Naegleria fowleri, sering disebut sebagai 'amuba pemakan otak', telah dicatat di Korea Selatan, Badan Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Korea (KDCA) mengatakan pada Senin (26/12/2022).
Organisme bersel tunggal itu menyebabkan kematian seorang pria Korea berusia 50-an minggu lalu, kata agensi itu.
Baca Juga: Puluhan Pengusaha China Bawa Misi Luar Biasa ke Korea Selatan, Hasilnya Menggembirakan
Korban kembali ke Korea Selatan pada 10 Desember setelah menghabiskan empat bulan di Thailand. Dia dirawat di rumah sakit keesokan harinya, tetapi tidak dapat diselamatkan, menurut pihak berwenang.
Dokter melakukan tes yang menegaskan bahwa gen yang ditemukan dalam sistem pria itu 99,6% mirip dengan yang ditemukan pada pasien meningoensefalitis amebik primer (PAM) di negara lain.
PAM adalah infeksi parah yang disebabkan oleh Naegleria fowleri, amuba yang hidup di tanah dan air tawar di seluruh dunia dan memakan bakteri. Itu memasuki tubuh manusia dengan menghirup melalui hidung dan kemudian masuk ke otak.
Gejala infeksi termasuk sakit kepala, demam, mual atau muntah, leher kaku, kejang, dan kondisi mental yang berubah, dan saat PAM berkembang, sering menyebabkan koma dan kematian.
Tingkat kematian akibat penyakit ini sangat tinggi dan tidak ada obat khusus untuk itu. Ini juga sulit untuk didiagnosis, karena ini adalah kondisi yang langka.
Di AS, ada 154 infeksi yang dikonfirmasi dengan amuba pemakan otak antara tahun 1962 dan 2021. Hanya empat pasien yang selamat, menempatkan tingkat kematian PAM pada 97%, menurut data Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS.
Organisasi Kesehatan Dunia memperkirakan ada sekitar 1.000 hingga 2.000 kasus Naegleria fowleri secara global setiap tahun.
Bakteri tersebut tidak dapat ditularkan dari manusia ke manusia, namun pihak berwenang Korea Selatan tetap menyarankan masyarakat untuk tidak berenang di daerah yang telah dilaporkan adanya penyakit tersebut.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Muhammad Syahrianto
Tag Terkait: