Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Gelombang Kebangkrutan Terjang Negara Uni Eropa Ini, Penyebabnya Bikin Pusing

Gelombang Kebangkrutan Terjang Negara Uni Eropa Ini, Penyebabnya Bikin Pusing Kredit Foto: Unsplash/John Cameron
Warta Ekonomi, Washington -

Jumlah kebangkrutan di Swedia melonjak ke level tertinggi dalam setidaknya satu dekade pada Januari, lapor Bloomberg, Rabu (1/2/2023). Ini terjadi di tengah meningkatnya tekanan pada perusahaan konstruksi dari krisis pasar perumahan yang sedang berlangsung.

Menurut Bloomberg, mengutip lembaga referensi kredit UC, jumlah pengajuan kebangkrutan meningkat menjadi 622, meningkat 47% dari tahun sebelumnya.

Baca Juga: Gegara Swedia dan Finlandia, Turki Juga Ikutan Ketiban Pulung!

Swedia telah berjuang dengan kemerosotan harga perumahan terburuk dalam tiga dekade. Situasi tersebut telah menyebabkan lonjakan default di sektor konstruksi, dengan 130 pembangun mengajukan kebangkrutan bulan lalu.

Harga rumah dilaporkan turun 16% dari puncaknya pada kuartal pertama tahun lalu, dengan para ekonom memproyeksikan penurunan akan berlanjut.

“Selama musim gugur, kami melihat kebangkrutan dalam bisnis yang dihadapi konsumen seperti ritel, hotel, dan restoran,” kata ekonom UC Johanna Blome.

“Sekarang kami melihat bahwa peningkatan terbesar terjadi di sektor-sektor yang terkait erat dengan industri dan investasi jangka panjang,” ungkapnya.

Kemerosotan parah di sektor real estat Swedia telah merusak ekonomi terbesar di kawasan Nordik. Menurut perkiraan Dewan Perumahan Nasional Swedia, konstruksi rumah baru akan turun drastis sebesar 44% tahun ini menjadi 33.000.

Sementara itu, penurunan konstruksi dapat semakin membebani aktivitas ekonomi, laporan tersebut memperingatkan.

Pemerintah Swedia mengumumkan pada akhir tahun 2022 bahwa negara tersebut memasuki resesi yang akan berlangsung hingga tahun 2025.

PDB negara tersebut diperkirakan akan turun sebesar 0,7%, sementara pengangguran diperkirakan akan meningkat menjadi 7,8% pada tahun 2023 dan 8,2% pada tahun 2024.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Muhammad Syahrianto

Tag Terkait:

Advertisement

Bagikan Artikel: