Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Di tengah Tantangan Global, OJK Pede Kredit Perbankan Tumbuh 10 - 12% di 2023

Di tengah Tantangan Global, OJK Pede Kredit Perbankan Tumbuh 10 - 12% di 2023 Kredit Foto: Antara/HO/Humas OJK
Warta Ekonomi, Jakarta -

Kendati dihadapkan pada tantangan global, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) optimistis bahwa tren positif kinerja sektor jasa keuangan akan berlanjut. Bahkan untuk tahun 2023, regulator memproyeksikan kredit perbankan akam tumbuh sebesar 10% sampai 12%, didukung pertumbuhan Dana Pihak Ketiga sebesar 7% sampai 9%.

"Di pasar modal, nilai emisi ditargetkan sebesar Rp200 triliun. di Industri Keuangan Nonbank (IKNB), piutang pembiayaan Perusahaan Pembiayaan diproyeksikan tumbuh 13% sampai 15%. Aset asuransi jiwa dan asuransi umum diperkirakan tumbuh sebesar 5% sampai 7% ditengah program reformasi yang dilakukan OJK. Aset Dana Pensiun diperkirakan juga tumbuh 5% sampai 7%," ujar Ketua Dewan Komisioner OJK, Mahendra Siregar, di Jakarta, Senin (6/2/2023). Baca Juga: Di hadapan Jokowi, OJK Beberkan 3 Kebijakan Prioritas di 2023

Optimisme OJK pun tak mengada-ada. Bila berkaca pada tahun lalu, kinerja sektor keuangan tumbuh begitu semringah. Misalnya pasar modal yang mencatatkan penambahan 71 emiten tahun lalu, tertinggi sepanjang sejarah.

Lalu Kredit perbankan dan piutang pembiayaan tumbuh 11,4% dan 14,2%, lebih tinggi dari rerata 5 tahun sebelum pandemi sebesar 8,9% dan 4,4%.

Premi asuransi umum dan reasuransi tumbuh sebesar 13,9% mencapai Rp119 triliun. Namun, premi asuransi jiwa tahun lalu mengalami kontraksi 7,8%.

Kondisi ini kata Mahendra, menunjukkan bahwa mutlaknya penyelesaian masalah-masalah sejumlah perusahaan asuransi jiwa dalam waktu dekat. Sebagaimana diketahui, ada sejumlah perusahaan asuransi jiwa yang masuk dalam pengawasan khusus OJK, diantaranya adalah AJB Bumiputera, Kresna Life dan Wanaartha Life.

"Ke depan, ruang pertumbuhan Lembaga Jasa Keuangan (LJK) masih terbuka lebar mengingat terjaganya profil risiko yang didukung kecukupan likuiditas dan permodalan, tercermin dari rasio NPL gross perbankan 2,4% dan rasio NPF Perusahaan Pembiayaan 2,3%," pungkasnya. Baca Juga: Hilirisasi Jadi Kunci Dobrak Ekonomi, Dukungan OJK Dinantikan Jokowi: Ini Akan Terus Kita Kejar

Adapun likuiditas industri perbankan pada 2022 dalam level yang memadai, AL/NCD dan AL/DPK masing-masing sebesar 137,7% dan 31,2%, jauh di atas ambang batas sebesar 50% dan 10%.

Tingginya permodalan LJK juga memberikan bantalan menyerap risiko dan menunjang kebutuhan penyaluran pembiayaan. CAR perbankan 25,6%, sedangkan RBC industri asuransi umum dan asuransi jiwa 327% dan 484,2%. Gearing ratio perusahaan pembiayaan 2,1 kali.

Baca Juga: Imigrasi Depak WN Turki dari Bali gegara Sembunyikan Buronan

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Fajar Sulaiman
Editor: Fajar Sulaiman

Advertisement

Bagikan Artikel: