Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Apa Itu Toxic Positivity?

Apa Itu Toxic Positivity? Kredit Foto: Unsplash/Rendy Novantino
Warta Ekonomi, Jakarta -

Toxic positivity adalah tindakan menolak atau mengingkari stres, negativitas, atau pengalaman negatif lainnya yang ada. Toxic positivity menjadi keyakinan bahwa tidak peduli seberapa buruk atau sulitnya suatu situasi, orang harus mempertahankan pola pikir positif.

Meskipun ada manfaat untuk menjadi optimis dan terlibat dalam pemikiran positif, kepositifan beracun menolak semua emosi yang sulit demi fasad yang ceria dan sering kali positif palsu.

Memiliki pandangan hidup yang positif baik untuk kesehatan mental. Tetapi, hidup tidak selalu positif. Kita semua memiliki emosi dan pengalaman yang menyakitkan. Emosi-emosi tersebut, meskipun seringkali tidak menyenangkan, perlu dirasakan dan ditangani secara terbuka dan jujur untuk mencapai penerimaan dan kesehatan psikologis yang lebih baik.

Baca Juga: Apa Itu Work-life Balance?

Toxic positivity membawa pemikiran positif yang ekstrem dan terlalu digeneralisasikan. Sikap ini tidak hanya menekankan pentingnya optimisme tetapi juga meminimalkan dan bahkan menolak jejak emosi manusia yang tidak sepenuhnya bahagia atau positif.

Ketika sesuatu yang buruk terjadi, seperti kehilangan pekerjaan, orang mungkin berkata "tetap positif" atau "lihat sisi baiknya". Meskipun komentar semacam itu sering dimaksudkan untuk bersimpati, komentar tersebut dapat menutup apa pun yang mungkin ingin dikatakan orang lain tentang apa yang mereka alami.

Contoh lainnya adalah setelah mengalami kehilangan, orang mungkin berkata bahwa “segala sesuatu terjadi karena suatu alasan.” Sementara orang akan membuat pernyataan seperti itu karena mereka yakin itu menghibur, ini juga merupakan cara untuk menghindari rasa sakit orang lain.

Pernyataan seperti itu sering kali bermaksud baik, atau orang tidak tahu harus berkata apa lagi dan tidak tahu bagaimana berempati. Namun, penting untuk menyadari bahwa toxic positivity bisa berbahaya.

Terlalu banyak toxic positivity dapat membahayakan orang yang sedang mengalami masa-masa sulit. Alih-alih dapat berbagi emosi manusia yang tulus dan mendapatkan dukungan tanpa syarat, orang-orang yang dihadapkan pada kepositifan beracun mendapati perasaan mereka diabaikan, diabaikan, atau langsung diremehkan.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Fajria Anindya Utami
Editor: Fajria Anindya Utami

Advertisement

Bagikan Artikel: