Konglomerat India Gautam Adani Bungkam Keraguan Investor, Tunjukkan Mampu Bayar Utang yang Menggunung!
Chairman Adani Group, Gautam Adani menghadapi margin call atau kewajiban yang harus dibayarkan lebih dari USD500 juta (Rp7,5 triliun) atas pinjaman berbasis saham senilai USD1,1 miliar (Rp16,6 triliun). Adani didorong untuk segera melunasi seluruh utang.
Pelunasan dimaksudkan untuk menghindari kekacauan lebih lanjut terhadap kepercayaan investor, yang telah diguncang oleh tuduhan penipuan oleh perusahaan short-selling Hindenburg, menurut laporan pada hari Rabu.
Melansir Reuters di Jakarta, Kamis (9/2/23) Adani Group juga berencana untuk membayar di muka pinjaman USD500 juta (Rp7,5 triliun( yang akan jatuh tempo bulan depan ke sekelompok bank yang mencakup Barclays, Standard Chartered dan Deutsche Bank, menurut Bloomberg News.
Grup bank tersebut meminjamkan Adani USD4,5 miliar (Rp68 triliun) untuk membiayai pembelian aset semen Holcim Ltd tahun lalu dan sebagian dari pinjaman tersebut akan jatuh tempo pada 9 Maret.
Konglomerat tersebut telah melakukan pembicaraan dengan bank untuk membiayai kembali bagian dari pinjaman. Namun perusahaan telah memutuskan untuk membayarnya di muka, narsum menambahkan bahwa diskusi Grup Adani dengan bank belum terhenti.
Perusahaan andalan Adani, Adani Enterprises, membatalkan penjualan sahamnya senilai USD2,5 miliar (Rp37,8 triliun) minggu lalu karena kekalahan yang dipicu oleh kritik penjual pendek Hindenburg yang menghapus miliaran nilai saham taipan India itu.
Juru bicara Adani mengatakan konglomerat telah melakukan pembicaraan dengan bank untuk membiayai kembali sebagian dari pinjaman tetapi grup berencana untuk membayarnya di muka. Juru bicara mengatakan diskusi dengan bank belum terhenti.
Ini menandai kedua kalinya dalam seminggu grup tersebut telah mengambil langkah-langkah untuk membayar utang di muka karena berjuang untuk mendapatkan kembali kepercayaan investor dan membendung kekalahan saham. Miliarder Gautam Adani dan keluarganya telah membayar di muka pinjaman senilai USD1,11 miliar (Rp16,8 triliun) yang didukung oleh saham.
Meskipun positif bahwa grup tersebut mampu membayar kewajiban tersebut, hal ini juga menggarisbawahi bahwa lonjakan imbal hasil utang Adani setelah laporan Hindenburg akan membuat pembiayaan kembali sekuritas tersebut menjadi mahal.
Pelunasan juga menimbulkan pertanyaan tentang berapa banyak lagi tumpukan kas perusahaan yang dapat digunakan untuk membayar utangnya tanpa refinancing.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Fajria Anindya Utami
Editor: Fajria Anindya Utami
Tag Terkait:
Advertisement