Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Sederet Keunggulan Ekologis Minyak Sawit yang Kalahkan Minyak Nabati Lain Dunia

Sederet Keunggulan Ekologis Minyak Sawit yang Kalahkan Minyak Nabati Lain Dunia Kredit Foto: Antara/Akbar Tado
Warta Ekonomi, Jakarta -

Energi fosil sebagai sumber emisi gas terbesar perlu mendapatkan pengganti yang lebih ramah lingkungan. Salah satu alternatif energi yang relatif lebih renewable dan rendah emisi sebagai pengganti energi fosil, khususnya diesel fosil, adalah biodiesel.

Perlu diketahui, biodiesel yang digunakan selama ini merupakan biodiesel berbahan baku minyak nabati seperti minyak sawit, minyak kedelai, minyak rapeseed, dan minyak biji bunga matahari. Namun, jika ditelusuri, masing-masing sumber bahan baku biodiesel tersebut juga memiliki emisi karbon yang besarannya berbeda-beda tergantung teknologi produksi, produktivitas, dan metode perhitungan emisi.

Baca Juga: Indonesia Berencana Batasi Ekspor Minyak Sawit, Bagaimana dengan India?

"Perkebunan sawit sebagai penghasil minyak sawit yang menjadi salah satu bahan baku biodiesel, memiliki berbagai keunggulan dari segi jasa atau fungsi lingkungan," catat laporan PASPI, dikutip Selasa (14/2/2023).

Melansir laman Palm Oil Indonesia, keunggulan dari segi fungsi lingkungan yang dimaksud, yakni pertama, perkebunan sawit memiliki ukuran batang yang relatif besar, bertumbuh cepat, dan memiliki siklus hidup yang panjang (25-30 tahun). Dengan karakteristik yang demikian, kebun sawit memiliki kemampuan menyerap karbon dan menghasilkan oksigen yang relatif besar dan stabil sepanjang tahun.

Kedua, produktivitas minyak per hektare yang dihasilkan kelapa sawit, yakni sekitar 8-10 kali lebih besar dibandingkan produktivitas minyak nabati lain (minyak kedelai, minyak rapeseed, dan minyak biji bunga matahari). Hal ini berarti perkebunan sawit paling efisien menggunakan lahan untuk produksi minyak nabati.

Ketiga, perkebunan kelapa sawit memiliki kemampuan yang lebih unggul dalam menyerap karbondioksida dari atmosfer bumi dan menyimpan karbon yang cukup besar sebagai karbon stok.

Besaran karbon stok perkebunan sawit bervariasi tergantung umur tanaman, jenis tanah, densitas tanaman, dan variabel lainnya. Hasil studi Dewi et.al. (2009) dalam laporan PASPI menunjukkan bahwa karbon stok perkebunan sawit berkisar 38-39 ton C.

"Dengan karbon stok kebun sawit yang relatif tinggi tersebut, sepanjang asal usul lahan kebun sawit memiliki karbon stok di bawah 40 ton C, land use change kebun sawit akan menjadi penyerap karbon dan bukan menjadi penghasil atau sumber karbon. Produktivitas minyak yang tinggi akan memberi peluang bagi kebun sawit untuk menjadi net zero carbon emission," catat laman Palm Oil Indonesia.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Ellisa Agri Elfadina
Editor: Puri Mei Setyaningrum

Tag Terkait:

Advertisement

Bagikan Artikel: