Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Global Connections
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Tarik-ulur Trump, Dolar Melemah Akibat Ketidakpastian Tarif AS

Tarik-ulur Trump, Dolar Melemah Akibat Ketidakpastian Tarif AS Kredit Foto: Sufri Yuliardi
Warta Ekonomi, Jakarta -

Dolar Amerika Serikat (Dolar AS) kembali stagnan bahkan cenderung melemah dalam perdagangan di Senin (14/4). Pasar terus dihadapkan ketidakpastian akibat tarik-ulur kebijakan tarif dari Presiden Amerika Serikat, Donald Trump.

Dilansir dari Reuters, Selasa (15/4), Indeks Dolar Amerika Serikat (DXY) turun 0,14% ke 99,64. Hal tersebut terjadi seiring meningkatnya ketidakpastian pasar terhadap kebijakan tarif dari Trump.

Baca Juga: Optimisme Warnai Bursa Asia, Jepang Segera Negosiasikan Soal Tarif ke Donald Trump

Kepala Analis Mata Uang ForexLive, Adam Button menyebut bahwa pasar sangat terganggu dengan kebijakan tarif yang tidak konsisten. Ulah Trump membuat kepercayaan investor menurun terhadap kebijakan ekonomi hingga mata uang dari AS,

"Kebijakan ekonomi begitu kacau hingga sulit memprediksi arah suku bunga atau ekonomi lebih dari seharian ke depan," kata Button.

Gubernur Federal Reserve (The Fed) Christopher Waller memperingatkan bahwa kejutan tarif dapat memaksa pemangkasan suku bunga meski inflasi tetap tinggi. Langkah itu ditujukan untuk menghindari potensi resesi akibat dampak buruk kebijakan perdagangan dari Trump.

Trump sendiri baru-baru ini mematik ketegangan melalui pengumumannya soal tarif baru untuk semikonduktor. Meski demikian ia juga mengumumkan adanya kemungkinan pengecualian untuk tarif sektor otomotif sedang dipertimbangkan.

Namun, Menteri Perdagangan Amerika Serikat, Howard Lutnick menegaskan bahwa sektor elektronik termasuk semikonduktor justru akan dikenakan tarif terpisah dalam dua bulan mendatang oleh AS.

Baca Juga: IMF Soroti Memanasnya Geopolitik Dunia, Waspadai Efek Perang Dagang Trump?

"Tingkat ketidakpastian sudah tidak bisa ditoleransi oleh sebagian besar pelaku usaha internasional. Pasar kini menilai prospek pertumbuhan dengan pesimistis, dan hal itu paling terlihat di pasar mata uang," jelas Button.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Aldi Ginastiar

Advertisement

Bagikan Artikel: