Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Anies Baswedan Dijuluki 'The Second Golden Boy of America', Simak Pandangan Pengamat

Anies Baswedan Dijuluki 'The Second Golden Boy of America', Simak Pandangan Pengamat Kredit Foto: Sufri Yuliardi
Warta Ekonomi, Jakarta -

Sebelum Pemilu 2024 berlangsung, munculnya desas-desus dan spekulasi mengenai bakal calon presiden (capres) tentunya bukan hal yang mengejutkan. Baru-baru ini, bakal capres usungan Partai Nasional Demokrat (NasDem), Anies Baswedan, dituding sebagai sosok pro asing atau pro Amerika Serikat dan negara barat lainnya. 

Politisi NasDem, Zulfan Lindan, mengatakan, sejak Anies Baswedan tidak lagi menjadi gubernur, ia sering diundang sejumlah negara barat untuk bicara.

Zulfan mencontohkan Anies Baswedan yang pernah diundang ke Singapura dan diminta untuk berbicara di sana. Kemudian, ia juga diundang ke Inggris, tepatnya ke Oxford University, beberapa waktu lalu. Ia bahkan ditetapkan sebagai Ketua Asian Studies di Oxford University.

Baca Juga: Fahri Terus Bahas Utang Rp50 Miliar Anies, Musni Umar: Gak Usah Cari-Cari Kesalahan

"Ini ada singgungan bahwa mereka itu terkesan arahnya negara-negara Uni Eropa Singapura dan Australia termasuk USA di dalamnya menginginkan Anies menjadi presiden? Sementara kalau kita lihat Prabowo ga diundang, Ganjar ga diundang tapi hanya Anies," ujarnya dikutip dari Youtube Zulfan Lindan, Unpacking Indonesia.

Direktur Eksekutif Populi Centre, Afrimadona, menduga, alasan negara-negara barat mengundang Anies lebih kepada status Anies yang sudah secara resmi dideklarasikan sebagai capres dibanding Prabowo dan Ganjar Pranowo.

Baca Juga: Anies Disambut Meriah oleh Warga Pontianak, Musni Umar: Makin Gak Percaya Survei Bayaran

"Mungkin negara-negara ini melihat dari perspektif ini terlepas dia dapat tiket atau tidak. Once ketika dia dicalonkan sebagai presiden, kita berasumsi dia mungkin ke depan bisa jadi presiden karena itu kemudian mereka perlu didekati. Bisa jadi kalau yang lain dicalonkan, paling tidak dubes mereka yang di sini barangkali mulai approach juga," ujar Afri. 

Memang menurutnya, di antara tiga nama tokoh yang digadang-gadang sebagai capres, Anies Baswedan-lah yang memiliki exposure internasional paling besar. Ini karena faktor Anies Baswedan yang pernah sekolah di luar negeri, yaitu Amerika Serikat.

Baca Juga: Soal Anies Salat Jumat di Pontianak, Islah Bahrawi: Anies Membajak Masjid untuk Memakmurkan Dirinya

"Sehingga barangkali, tidak salah dugaan sebagian orang beberapa negara barat menginginkan dia (Anies). Karena Anies memiliki pengalaman pendidikan yang sangat barat," ujar Afri.

Karena itu, menurutnya, sangat mungkin jika Anies Baswedan melihat suatu persoalan dari perspektif barat juga. Sehingga, lanjut Afri, negara barat melihat ini sesuatu yang potensial untuk didukung juga.

Faktor lain, menurut Zulfan Lindan, adalah mungkin karena sosok Anies Baswedan sebagai antitesis Presiden RI Joko Widodo (Jokowi). Zulfan menilai Jokowi saat ini lebih dekat ke Tiongkok karena faktor dagang dan investasi. Sementara dengan Rusia, Indonesia di era Jokowi juga tidak punya jarak.

Baca Juga: Di Tengah Kabar Anies Baswedan Sedang Diincar Jadi Tersangka, Elite KPK Pilih Mengundurkan Diri: 'Konstruksi Hukum Formula E Lemah!'

Sementara Amerika Serikat, kata Zulfan, menginginkan Indonesia punya jarak dengan Tiongkok dan Rusia sehingga bisa lebih dekat ke Amerika.

"Mungkin Anies dilihat bisa membangun hubungan yang lebih dekat dengan Amerika," papar Zulfan Lindan.

"Ya betul. Karena Anies produk dari Amerika juga dalam artian pendidikannya S2, S3 di Amerika dan dalam banyak hal Anies juga dianggap dekat secara intelektual," timpal Afri.

Baca Juga: Fahri Hamzah Diminta Urus Partainya Sendiri daripada Terus Koar-koar Perkara Utang Anies ke Sandiaga Uno

"Katanya orang itu tipenya seperti SBY. SBY itu the golden boy of America, Anies ini the second golden boy," imbuh Zulfan.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Yohanna Valerie Immanuella

Advertisement

Bagikan Artikel: