Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Ancaman Ransomware Bagi Perusahaan di Asia Tenggara

Ancaman Ransomware Bagi Perusahaan di Asia Tenggara Siber | Kredit Foto: Unsplash/Jefferson Santos
Warta Ekonomi, Jakarta -

Perusahaan global cybersecurity Kaspersky memperkirakan bahwa tren pencuri digital yang mengincar perusahaan-perusahaan di Asia Tenggara akan terus berlanjut hingga tahun-tahun mendatang dan bahkan dapat menjadi lebih canggih dalam mengoperasikan kejahatannya, salah satunya termasuk dengan ransomware.

"Salah satu studi baru kami telah mengkonfirmasi bahwa tiga dari lima bisnis di Asia Tenggara telah menjadi korban serangan ransomware. Beberapa pernah, tapi setengahnya telah menjadi mangsa berkali-kali. Data tahun 2022 kami mengungkapkan bahwa ancaman ini akan terus menjadi ancaman bagi perusahaan di Asia Tenggara," tutur General Manager untuk Asia Tenggara Kaspersky Yeo Siang Tiong pada Selasa (22/2/2023).

Yeo menerangkan bahwa proyeksi keberlanjutan dari serangan akan terus ada karena melihat potensi ransomware sangat menguntungkan di mana beberapa eksekutif perusahaan bisnis juga memiliki anggapan yang sepele terhadap ransomware. Hal ini tentu menyebabkan tim keamanan perusahaan menjadi kewalahan dan kekurangan tenaga ahli untuk mendeteksi dan menanggapi serangan yang ada.

Baca Juga: Studi: Ada Kesenjangan Adopsi Solusi Siber antara C-Level dan Rekan TI

Ransomware merupakan jenis yang mengunci komputer dan pernagkat seluler korbannya atau mengenkripsi file elektronik milik korban sehingga tidak dapat dibaca atau digunakan. Untuk mendapatkan kunci deskripi atau untuk mendapatkan kembali data, korban harus memberikan uang tebusan yang diminta oleh para penjahat siber. Dengan pengembalian investasi yang tinggi, grup ransomware terus menyerang perusahaan global termasuk bisnis di Asia Tenggara. Insiden dari ransomware yang membawa dampak paling tinggi dalam sejarah termasuk serangan ransomware WannaCry pada Mei 2017 yang memberikan kerugian senilai US$4 miliar.

Serangan ransomware WannaCry menyebar melalui komputer yang mengoperasikan Microsoft Windows di mana file korban disandera dan penjahat meminta tebusan dalam bentuk Bitcoin. Biasanya, jika uang tebusan WannaCry tidak dibayarkan, maka korban serangan WannaCry akan diberi tahu bahwa file berharga mereka akan dihapus secara permanen.

Dari data statisktik terbaru Kaspersky, solusi B2B Kaspersky pada tahun 2022 telah berhasil memblokir total 304.904 serangan ransomware yang mengincar wilayah Asia Tenggara, di mana Indonesia mencatat jumlah insiden tertinggi berdasarkan data total serangan yang diblokir Kaspersky, dengan jumlah serangan di Indonesia sebanyak 131.779 serangan, diikuti oleh Thailand (82.438 serangan), Vietnam (57.389 serangan), Filipina (21.076 serangan), Malaysia (11.750 serangan), dan Singapura (472 serangan).

Adapun beberapa jenis ransomware yang paling umum menargetkan bisnis di Indonesia antara lain:

  • Trojan-Ransom.Win32.Wanna
  • Trojan-Ransom.Win32.Agent
  • Trojan-Ransom.Win32.Stop
  • Trojan-Ransom.Win32.Gen
  • Trojan-Ransom.Win64.Zikma

Yeo menerangkan bahwa 94% dari tim TI perusahaan atau bisnis membutuhkan bantuan eksternal jika mereka menghadapi serangan ransomware. Hal ini diakibatkan wilayah Asia Tenggara memiliki kesejanjangan talenta digital yang cukup signifikan sehingga tidak mampu memenuhi kebutuhan keamanan dan TI yang diperlukan.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Tri Nurdianti
Editor: Rosmayanti

Advertisement

Bagikan Artikel: