Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Para Bos Asia Pasifik Meyakini Ekonomi Global Bakal Menurun Tahun ini

Para Bos Asia Pasifik Meyakini Ekonomi Global Bakal Menurun Tahun ini Kredit Foto: Antara/Muhammad Adimaja
Warta Ekonomi, Jakarta -

Survei CEO Global Tahunan ke-26 PwC - Asia Pasifik yang bertajuk "Leading in The New Reality" mengungkap dua poin data mencolok dari sederet tantangan nyata yang dihadapi 1.634 CEO di wilayah tersebut saat ini. Pertama, sebanyak 69% CEO Asia Pasifik meyakini pertumbuhan ekonomi global akan menurun selama 12 bulan ke depan, dibandingkan tahun lalu di mana 76% CEO merasa pertumbuhan akan membaik.

Sementara 53% CEO Asia Pasifik meyakini perusahaannya tidak akan sanggup bertahan secara ekonomi dalam satu dekade mendatang, jika kondisi mereka saat ini berlanjut (14% lebih tinggi dari CEO global). Baca Juga: Tiongkok Hapus Kebijakan Zero Covid, Ekonomi Global Bakal Tertolong

Seiring memburuknya kondisi ekonomi makro, meningkatnya ketidakpastian, dan inflasi yang menembus tingkat yang belum pernah terlihat dalam beberapa dekade, para CEO Asia Pasifik menghadapi kondisi yang disebut dengan dual imperative. Pemimpin usaha harus mengelola risiko eksternal jangka pendek untuk mendorong profitabilitas demi bisa bertahan, sekaligus bertransformasi agar dapat berkembang dalam jangka panjang.

“Saat ini tahun lalu, optimisme CEO Asia Pasifik mencapai level tertinggi dalam 10 tahun. Hanya setahun kemudian, kami melihat keyakinan ini berbalik drastis. Dengan disrupsi yang terus berlanjut, para CEO di wilayah ini menghadapi realitas baru," ujar Raymund Chao, Chairman PwC Asia Pasifik dan Tiongkok, di Jakarta, Rabu (22/2/2023).

Meskipun keyakinan CEO terhadap ekonomi global memudar, para CEO di kawasan Asia Pasifik jauh lebih optimistis tentang prospek negara mereka sendiri dibandingkan dengan para CEO global.

Secara khusus, para CEO di negara-negara Asia Pasifik yang lebih besar menunjukkan tingkat optimisme tertinggi terhadap pertumbuhan domestik mereka: Tiongkok (64%), India (57%), dan Indonesia (50%) (dibandingkan dengan global - 29%).

Penekanan yang semakin besar pada kepentingan nasional di atas kepentingan global menunjukkan adanya percepatan tren - namun fundamental kawasan ini terus didukung oleh liberalisasi perdagangan dan pasar yang menyambut investasi asing langsung. Baca Juga: Bahas Ekonomi hingga Investasi, Ini Fokus Menlu Retno dan Menlu China di JCBC

Eddy Rintis, Territory Senior Partner PwC Indonesia, menambahkan, meskipun para CEO Indonesia memiliki harapan besar terhadap masa depan ekonomi negara, inflasi (50%) tetap merupakan ancaman jangka pendek dan jangka panjang. Sebagai reaksi terhadap kondisi saat ini, CEO Indonesia memiliki rencana untuk mengurangi biaya sambil mempercepat pertumbuhan pendapatan.

"Selain itu, meskipun CEO Indonesia tidak menempatkan konflik geopolitik sebagai ancaman utama untuk 12 bulan ke depan, mayoritas dari mereka – dengan apa yang dilakukan sama dengan rekan-rekan mereka di Asia-Pasifik – sedang mempertimbangkan untuk menyesuaikan kehadiran mereka di pasar dan rantai pasokan mereka serta melakukan diversifikasi penawaran produk untuk mengurangi ancaman ini," pungkasnya.

Sebagai informasi, PwC menyurvei 4.410 CEO global, termasuk 1.634 CEO di Asia Pasifik dari Oktober hingga November 2022. Angka global dan regional dalam laporan tersebut diberi bobot secara proporsional terhadap PDB nominal negara atau regional untuk memastikan bahwa pandangan CEO mewakili semua wilayah utama.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Fajar Sulaiman
Editor: Fajar Sulaiman

Advertisement

Bagikan Artikel: