Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Industri Sawit Diperkirakan Akan Hadapi Penghentian Produksi Selama 3-5 Tahun, Mengapa?

Industri Sawit Diperkirakan Akan Hadapi Penghentian Produksi Selama 3-5 Tahun, Mengapa? Kredit Foto: Antara/Wahdi Septiawan
Warta Ekonomi, Jakarta -

Dalam jangka panjang, pertumbuhan minyak sawit terlihat kurang cerah dan ekspansi dalam bentuk penanaman kelapa sawit baru melambat karena peraturan yang lebih ketat. Hal ini mengacu pada catatan yang disampaikan Kenanga Research Malaysia beberapa waktu lalu.

Tercatat, Indonesia, yang memiliki lebih dari 15 juta hektare areal kelapa sawit, memiliki sekitar 3–4 juta hektare tanaman tidak produktif. Sementara, areal kelapa sawit Malaysia telah menyusut, bahkan sebelum mencapai batas, yakni sekitar 6,5 juta hektare.

Baca Juga: Melihat Bukti Kemajuan Hilirisasi Minyak Sawit Indonesia

"Hal ini berarti lebih sedikit sawit muda dan produktif di tahun-tahun mendatang. Sementara, sawit yang ditanam pada tahun 1990-an dan 2000-an sudah tua dan lebih tinggi, memperlambat panen, menurunkan hasil TBS, dan menaikkan biaya produksi. Penanaman kembali pada akhirnya akan diperlukan yang menyebabkan jeda produksi selama 3–5 tahun," katanya, dikutip Senin (27/3/2023).

Pada catatan lain, Kenanga Research percaya bahwa pemulihan pasokan minyak nabati pada tahun 2023 sedang berlangsung, tetapi mungkin kurang kuat dari yang diharapkan.

"Pemulihan pasokan yang rapuh untuk 2023 sekarang dapat diperpanjang hingga 2024 karena prospek persediaan yang lemah menyusul surplus kedelai yang lebih kecil dari perkiraan di Amerika Selatan," katanya.

Kenanga Research mengatakan, meskipun prospek rekor untuk panen kedelai Brasil kemungkinan besar, prospek panen Argentina sangat buruk. Dicatatkan bahwa meskipun Brasil merupakan produsen minyak nabati terbesar, Argentina juga memiliki peran yang lebih penting dalam perdagangan internasional. Argentina sering kali menempati peringkat ketiga atau keempat sebagai pengekspor minyak nabati terbesar di dunia setelah Indonesia, Malaysia, dan Rusia.

"Untungnya, pasokan minyak sawit akan pulih pada tahun 2023 dengan harga minyak sawit mentah (CPO) kemungkinan akan tetap relatif stabil selama tahun 2023 dan hingga tahun 2024. Panen kelapa sawit, kedelai, atau rapeseed terbukti sangat baik di tahun 2023 nanti," katanya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Ellisa Agri Elfadina
Editor: Puri Mei Setyaningrum

Tag Terkait:

Advertisement

Bagikan Artikel: