Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Lonjakan Harga Komoditas Perkecil Keterjangkauan Pangan

Lonjakan Harga Komoditas Perkecil Keterjangkauan Pangan Kredit Foto: Antara/Asep Fathulrahman
Warta Ekonomi, Jakarta -

Konsisten tingginya harga beberapa komoditas pangan akan semakin melemahkan daya beli masyarakat dan kian memperkecil keterjangkauan mereka pada pangan, terutama mereka yang tergolong berpenghasilan rendah.

“Kestabilan harga bukan lagi menjadi satu-satunya yang menentukan keterjangkauan masyarakat terhadap pangan. Pemerintah perlu memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi daya beli,” terang Peneliti Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) Azizah Fauzi di Jakarta, kemarin.

Data Food Monitor dari CIPS menunjukkan, tren peningkatan harga di tingkat konsumen selama satu tahun terakhir dapat terlihat pada komoditas jagung, beras (medium II) dan kedelai impor.

Pada periode Januari 2022 - Januari 2023, peningkatan harga terbesar terjadi pada komoditas kedelai impor dengan peningkatan sebesar 22,95%.  Sepanjang Januari 2022 hingga Januari 2023, harga kedelai impor di tingkat konsumen konsisten mengalami peningkatan.

Kenaikan harga kedelai impor mencapai puncaknya pada bulan Januari 2023 dimana harga mencapai Rp 15.356/kg. Kenaikan harga selanjutnya terjadi pada beras medium II sebesar 8,62% dan jagung sebesar 3,15%. Sementara itu, harga beras medium II di tingkat konsumen secara umum juga naik.

Namun, pada Mei 2022 dan Juni 2022, harganya turun tipis sebesar 0.43% menjadi Rp 11.550/kg sebelum kembali naik sebesar 0.86% ke harga Rp 11.650/kg. Kenaikan harga beras medium II mencapai puncaknya pada bulan Januari 2023 yang mencapai Rp 12.600/kg. 

Baca Juga: Cegah Harga Tinggi, Rantai Distribusi dan Logistik Daging Sapi Harus Segera Dibenahi

Perang Rusia dan Ukraina yang berkepanjangan tidak diragukan membawa dampak yang cukup signifikan terhadap ketahanan pangan global. Keduanya merupakan sumber utama beberapa barang impor. 

Ukraina memasok sekitar lebih kurang 24% dari total impor gandum Indonesia pada tahun 2020. Sementara itu, pupuk impor asal Rusia menyumbang sekitar 15% dari total pupuk impor Indonesia.

Terganggunya pasokan pupuk dunia akan membuat harga pupuk semakin tinggi. Tingginya harga  pupuk dapat menyebabkan harga-harga komoditas, misalnya saja jagung dan kedelai, semakin tinggi.

“Kenaikan harga pangan, bahkan beberapa diantaranya sudah terjadi sejak akhir 2022, menunjukkan adanya stimulus yang terjadi di rantai pasok. Ketersediaan pangan yang mencukupi perlu menjadi fokus untuk memastikan pangan dapat diakses oleh rumah tangga Indonesia,” pungkasnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Boyke P. Siregar
Editor: Boyke P. Siregar

Advertisement

Bagikan Artikel: