Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Masyarakat Tolak Pembatasan Truk Logistik Selama Mudik Lebaran

Masyarakat Tolak Pembatasan Truk Logistik Selama Mudik Lebaran Kredit Foto: Antara/Fakhri Hermansyah
Warta Ekonomi, Jakarta -

Masyarakat mengkhawatirkan terjadinya kelangkaan susu formula dan air minum dalam kemasan (AMDK) di pasar karena adanya kebijakan Kementerian Perhubungan (Kemenhub) yang mewacanakan pembatasan operasional truk logistik pada saat momen lebaran nanti.

Selain sulit didapat, kelangkaan barang-barang tersebut dinilai akan memberatkan masyarakat karena harganya pasti menjadi sangat mahal.

Susanto, seorang karyawan swasta di Jakarta yang rencananya akan mudik ke kampung halamannya di Solo pada musim lebaran tahun ini, mengungkapkan pada saat dan setelah lebaran, biasanya permintaan AMDK di daerahnya meningkat hingga 70%.

“Itu pengalaman saya waktu mudik tahun kemarin ya. Apalagi katanya ada peningkatan jumlah yang mudik tahun ini, mungkin peningkatannya bisa mencapai 100 persen lebih,” ucapnya.

Melihat kondisi ini, dia pun menyarankan agar distribusi AMDK itu tidak dilakukan pelarangan. “Saya khawatir jika dilarang masyarakat akan kekurangan kebutuhan air minum saat lebaran nanti karena adanya kelangkaan barang di warung-warung,” ungkapnya.

Hal senada disampaikan Novy, pedagang kelontong di Depok yang juga rencananya akan mudik ke Kudus, Jawa Tengah. Menurutnya, keluarganya bisa menghabiskan air minum hingga 4 galon per hari karena banyaknya anggota keluarga yang kumpul di rumah orangtuanya pada saat lebaran.

”Jadi, betapa bingungnya nanti orangtua saya untuk mencari air minum jika distribusi AMDK dibatasi,” tuturnya.

Sementara Ratih yang memiliki anak bayi dan balita, menyatakan keberatan dengan kebijakan pembatasan truk logistik khususnya yang membawa produk susu yang sangat dibutuhkan oleh anak-anak saat mudik lebaran nanti.

Ibu yang bekerja sebagai customer service sebuah bank swasta di Jakarta ini tidak mau terjadinya kelangkaan susu di pasar hanya karena adanya kebijakan tersebut. Apalagi dia mengaku akan mudik bersama keluarganya ke Malang pada saat lebaran nanti.

"Kalau susu susah didapat nanti pada saat lebaran, anak-anak saya mau dikasih minum apa. Apalagi mereka masih bayi dan balita,” ujarnya.   

Sumiarti  yang memiliki anak berusia 2 tahun juga menyampaikan keluhan serupa. Perempuan yang bekerja sebagai cleaning service di sebuah rumah sakit di Depok ini juga tidak setuju jika terjadi kelangkaan susu saat lebaran nanti. Dia juga mengaku akan mudik ke kampung halamannya di Solo bersama suami dan anaknya saat lebaran nanti.

“Kalau susu langka, pasti harganya juga akan sangat mahal. Ini akan sangat memberatkan keuangan saya dan suami yang hanya bekerja sebagai cleaning service. Untuk ongkos mudik saja sudah berat, apalagi jika ditambah lagi dengan harga susu yang mahal,” tuturnya.

Guru besar ilmu gizi Institut Pertanian Bogor (IPB), Prof. Hardinsyah mengatakan air minum itu sendiri adalah zat gizi bagi tubuh manusia. Jadi, katanya, jika tubuh manusia itu kekurangan air karena kurang minum, itu sama saja dengan kekurangan gizi.

“Kekurangan air itu bagian dari kekurangan gizi yang disebut dengan dehidrasi. Darah kita bisa mengental sehingga akan terganggu untuk mengalirkan zat-zat gizi ke seluruh tubuh kita. Karena, darah itu kan mengandung air hampir 90 persen lebih,” tukasnya.

Khusus masa mudik lebaran, dia mengingatkan masyarakat untuk tetap memperhatikan kecukupan air dalam tubuh mereka. Pasalnya, menurutnya, kurang minum air yang cukup akan mengakibatkan berkurangnya konsentrasi, baik saat bekerja maupun berkendara.

“Orang yang kekurangan air dalam tubuhnya bisa menyebabkan berkurangnya konsentrasi baik untuk bekerja maupun saat melakukan kegiatan lain seperti saat berkendara. Kalau kurang konsentrasi kan bisa mengganggu pekerjaan kita, apalagi saat berkendara bisa saja menyebabkan kita celaka. Apalagi nanti saat mudik diperlukan konsentrasi saat mengemudi karena perjalanan yang jauh dan cukup melelahkan,” ujarnya.

Di sisi lain, Anggota Komisi Fatwa MUI Cilacap, apoteker, dosen dan peneliti di bidang farmasi Universitas Al-Irsyad Cilacap, Yuhansyah Nurfauzi, anak bayi dan balita yang kekurangan susu, baik ASI maupun susu formula bisa mengalami malnutrisi atau kurang gizi dan gangguan pertumbuhan fisik maupun mental.

“Karena asupan nutrisi dari susu juga mendukung perkembangan syaraf, maka kesehatan neuron maupun kecerdasan mental akan terpengaruh oleh pemberian susu pada anak-anak bayi dan balita,” ujarnya.

Jadi, katanya, bagi ibu yang memiliki anak pada masa tumbuh kembang, susu merupakan konsumsi wajib yang harus diberikan untuk anak-anak mereka. Dia mengatakan susu merupakan nutrisi penting bagi anak-anak untuk membantu agar tumbuh lebih sehat.

Hal itu karena biasanya terdapat beberapa kandungan penting yang mampu mendukung anak agar dapat tumbuh dan berkembang secara maksimal. Beberapa di antaranya adalah prebiotik yang bermanfaat bagi kesehatan pencernaan anak. Ibu perlu mengetahui jika anak yang tumbuh dengan sehat berawal dari organ pencernaan yang sehat.

Manfaat susu lainnya adalah untuk mendukung pertumbuhan fisik maupun mental anak. Susu mengandung sejumlah kalsium, fosfor, magnesium dan protein yang mampu mendukung pertumbuhan fisik anak. Saat ibu memberikannya susu secara rutin sejak mereka kecil, anak akan terhindar dari osteoporosis saat mereka dewasa nanti. Kandungan-kandungan tersebut juga baik untuk kesehatan gigi, karena mampu mencegah terjadinya gigi berlubang.

Selain itu, susu juga bermanfaat untuk mendukung kecerdasan otak anak. Susu formula mengandung berbagai asam lemak esensial yang baik bagi tubuh, termasuk omega-3 dan omega-6, AA dan DHA, hingga sphingomyelin. Kandungan-kandungan tersebut baik untuk mendukung kecerdasan Si Kecil dengan menutrisi otaknya.

Susu juga bermanfaat sebagai sumber energi bagi tubuh anak. Susu formula merupakan salah satu sumber karbohidrat dan lemak yang dapat membuat anak merasa kenyang. Selain itu, susu formula mengandung salah sumber energi yang baik bagi anak yang sedang aktif.

“Jika ibu rutin memberikannya, anak dapat melakukan aktivitas fisik dan otak dengan lebih optimal,” kata Yuhansyah. Sebelumnya, Badan Perlindungan Konsumen Nasional (BPKN) menyatakan tidak setuju adanya wacana kebijakan Kemenhub tersebut. BPKN beralasan justru dengan adanya kebijakan seperti itu, masyarakat akan dibuat menderita karena terjadi kelangkaan barang yang dibutuhkan saat momen lebaran terutama air minum.

“Nggak usah dilarang-larang seperti itulah menurut saya. Ini kan tradisi mudik yang sudah turun-temurun. Seharusnya tradisi keagamaan ini kan harus disupport bukan dihalang-halangi. Malah pemerintah seharusnya bukan melarang tapi memikirkan bagaimana mekanisme pengamanan terkait angkutan logistik dan kendaraan mudik itu, semuanya bisa aman dan safety,” ujar Wakil Ketua BPKN, Muhammad Mufti Mubarok.

Menurutnya, pemerintah jangan hanya membuat peraturan yang gampang-gampang saja tanpa mengkaji dampaknya di masyarakat. “Dalam membuat aturan pelarangan terhadap angkutan logistik itu pemerintah harus membuat definisi baru mengenai kebutuhan primer itu. Karena, air minum misalnya sekarang ini sudah jadi kebutuhan vital di masyarakat,” tukasnya.

Dia mengatakan dengan adanya perbaikan infrastruktur jalan yang sudah lebih baik saat ini  termasuk adanya pelebaran-pelebaran jalan, seharusnya untuk momen lebaran tahun ini tidak ada lagi permasalahan terkait kemacetan jalan.

“Jadi, menurut kami tidak terlalu  ada hambatan lah meskipun angkutan logistik itu beroperasi. Tapi, kalau pemerintah memaksa ingin regulasi itu tetap dijalankan, saya kira itu sebuah kekonyolan,” ucapnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Boyke P. Siregar
Editor: Boyke P. Siregar

Tag Terkait:

Advertisement

Bagikan Artikel: