Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Sudah Banyak Dibicarakan, Waspadai Virus Marburg

Sudah Banyak Dibicarakan, Waspadai Virus Marburg Kredit Foto: Twitter/asyikfmrtm
Warta Ekonomi, Jakarta -

PT Kalbe Farma Tbk (Kalbe) mengajak masyarakat untuk semakin sadar tentang penyakit virus Marburg, yang saat ini tengah banyak diperbincangkan.

Adalah penting untuk memahami karakter, gejala, serta cara mencegah penyakit yang menyebar dari hewan atau manusia yang terinfeksi ini.

“Penyakit virus Marburg telah teridentifikasi sejak lama dan pernah menyebabkan wabah di beberapa negara Afrika. Tingkat kematian yang disebabkan oleh virus ini bisa sangat tinggi, yaitu mencapai 88 persen. Oleh karena itu, penting bagi masyarakat untuk mewaspadainya dan melakukan tindakan pencegahan,” ujar Medical Dept. PT Kalbe Farma Tbk, dr. Johan Indra Lukito, dalam Live Instagram @ptkalbefarmatbk.

Penyakit sejenis demam berdarah ini pertama kali teridentifikasi pada tahun 1967. Masa inkubasi bervariasi antara dua hingga 21 hari. Gejala muncul secara tiba-tiba umumnya berupa demam, sakit kepala, badan terasa pegal, dan nyeri otot.

Kemudian dapat disertai diare, nyeri dan kram perut, mual dan muntah, mata merah, dan munculnya bintik-bintik merah di kulit. Diare bisa terjadi selama seminggu.

Selama lima hingga 13 hari setelah timbulnya penyakit, penderita akan semakin lemah, sesak napas, dan mengalami bengkak di tubuh. Juga bisa timbul gangguan kesadaran, seperti kebingungan atau menjadi mudah tersinggung. Selanjutnya, gejala perdarahan mulai timbul seperti mimisan, gusi berdarah, buang air besar dan muntah disertai darah.

Seiring dengan semakin parahnya penyakit, banyak organ yang terganggu termasuk pankreas, hati, dan ginjal. Pada kondisi yang semakin kritis, dapat terjadi kejang, dehidrasi berat, gangguan metabolisme yang berat, kegagalan fungsi berbagai organ, koma, dan syok.

Dalam kasus yang fatal, kematian umumnya terjadi antara 8 dan 9 hari setelah timbulnya gejala, biasanya didahului oleh kehilangan darah yang parah dan syok.

Dokter Johan menekankan bahwa virus Marburg dapat menular melalui cairan tubuh hewan atau manusia yang terinfeksi, seperti darah, air liur, keringat, urin, dan feses.

Virus Marburg juga dapat menular melalui kontak tidak langsung dengan benda yang terkontaminasi, dan virus mampu bertahan selama empat hingga lima hari pada benda tersebut.

“Pada ibu hamil yang terinfeksi, virus Marburg dapat ditemukan di air ketuban atau plasenta, dan bahkan dapat ditemukan di air susu ibu (ASI) setelah ia sembuh. Oleh karena itu, perlu dipertimbangkan untuk tidak menyusui demi mencegah penularan virus ke anak,” jelas dr. Johan.

Beberapa tindakan pencegahan dapat dilakukan, di antaranya menjaga kesehatan tubuh dengan pola makan bergizi, minum air yang cukup, istirahat yang cukup, dan olahraga teratur. Kemudian, menjaga kebersihan diri dan lingkungan sekitar juga sangat penting, seperti rajin mencuci tangan.

Selain itu, menghindari paparan virus melalui kontak dengan manusia, hewan, atau benda yang terkontaminasi, terutama yang berasal dari negara dengan kasus virus Marburg. Juga disarankan untuk tidak mengonsumsi daging hewan yang tidak diolah dan dimasak dengan baik.

Saat ini belum ada obat atau vaksin khusus untuk penyakit virus Marburg. Penderita perlu segera diisolasi dan diberikan penanganan intensif berupa cairan, nutrisi, serta obat untuk meredakan gejala yang dialami seperti demam, nyeri, dehidrasi, dan pendarahan.

“Pada penderita penyakit virus Marburg yang telah sembuh, virusnya masih dapat ditemukan di organ tertentu seperti cairan semen di testis atau cairan mata. Oleh karena itu, risiko penularan khususnya melalui hubungan seksual perlu diwaspadai selama 12 bulan sejak timbulnya gejala atau sampai dua kali pemeriksaan cairan semen hasilnya tidak terdeteksi (negatif) untuk virus Marburg.” ungkap dr. Johan.

Jumlah manusia yang terinfeksi virus Marburg tercatat masih belum sampai 600 di seluruh dunia, dibandingkan dengan Covid-19 yang telah menjangkiti ribuan orang hanya di Indonesia saja. Walaupun demikian, dr. Johan tetap mengimbau masyarakat tetap waspada dan melakukan tindakan pencegahan agar dapat terhindar dari penyakit ini.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Ferry Hidayat

Tag Terkait:

Advertisement

Bagikan Artikel: