Sejumlah risiko besar akan mengintai sebuah perusahaan yang memiliki saldo modal kerja (working capital) negatif. Kepala Riset Praus Capital Marolop Alfred Nainggolan mengatakan terdapat tiga risiko yang dihadapi perusahaan ketika mengalami modal kerja negatif. Pertama yakni risiko likuiditas, di mana perseroan akan kesulitan menghadapi kondisi eksternal seperti penagihan utang jatuh tempo.
Menurutnya, kondisi seperti ini dapat membuat kondisi perusahaan memburuk. Dengan kata lain, perusahaan dengan modal kerja negatif lebih sulit saat menghadapi turbulence dibandingkan dengan perusahaan yang memiliki modal kerja positif.
“Ketika perusahaan dengan likuiditas tidak baik, maka akan semakin berisiko terhadap faktor-faktor atau risiko ke depannya,” ujarnya kepada wartawan, Selasa, 16 Mei 2023.
Baca Juga: Tips Tingkatkan Omset Usaha Secara Online
Bahkan, Alfred menjelaskan bahwa kondisi perusahaan dengan modal kerja negatif juga lebih berisiko default. “Walaupun manajemen mengklaim mendapat dukungan dari holding, tapi tetap saja di atas kertas risiko default lebih besar ketimbang ketika perseroan memiliki modal kerja positif.”
Risiko kedua, lanjut Alfred, terdapat risiko pendanaan operasional yang harus dihadapi perusahaan menyusul kas yang idle. “Modal kerja negatif juga dapat mempersempit perseroan dari sisi operasional, sehingga pergerakan perusahaan untuk menjalankan bisnis atau ekspansi menjadi terbatas.”
Sedangkan risiko ketiga menurut Alfred adalah persepsi negatif dari para stakeholder perseroan, sehingga memberikan sentimen buruk kepada pelaku pasar dan berisiko memberikan dampak negatif pula bagi kinerja saham perusahaan di Bursa ke depannya.
“Karena informasi terkait kondisi ini dilaporkan sendiri oleh manajemen dan dibaca oleh stakeholder. Tentu mereka akan melihat kondisi modal kerja negatif ini sebagai gambaran yang tidak bagus,” papar dia.
Baca Juga: Dahulu Bernilai 5,7 Miliar Dolar, Vice Media Group Kini Bangkrut Gegara Fenomena Dahsyat Ini
Alfred turut mengimbau kepada para investor untuk terus memperhatikan kondisi perseroan saat ini. “Kalau semakin lama kondisi working capital minus, berarti menjadi sinyal bagi para investor untuk melihat potensi emiten-emiten lain yang mempunyai kondisi keuangan lebih sehat.”
Salah satu perusahaan yang memiliki working capital negatif yakni, PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO). Melansir laporan keuangan PGEO dinyatakan per 31 Desember 2022, perseroan memiliki saldo modal kerja negatif senilai US$424.475. Modal kerja negatif menunjukkan bahwa utang lancar perseroan lebih besar dibandingkan dengan aset lancarnya.
Pada saat bersamaan, tercatat total utang PGEO mencapai US$943,28 juta terdiri dari pinjaman bank jangka panjang setelah dikurangi bagian yang akan jatuh tempo dalam satu tahun senilai US$327,7 juta. Sedangkan utang jangka pendek atau utang lancar perseroan tercatat masih sekitar US$615,58 juta.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Annisa Nurfitri
Editor: Annisa Nurfitri
Tag Terkait:
Advertisement