Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Phapros Ungkap Pentingnya Digitalisasi Teknologi di Bidang Farmasi

Phapros Ungkap Pentingnya Digitalisasi Teknologi di Bidang Farmasi Kredit Foto: Phapros
Warta Ekonomi, Yogyakarta -

Covid-19 menjadi salah satu faktor pendorong digitalisasi teknologi di bidang farmasi. Yudhi Arieffianto, General Manager IT PT Phapros Tbk, mengatakan karakteristik industri farmasi berkaitan erat dengan regulasi-regulasi pemerintah, seperti tentang Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB), penggunaan bahan, pengolahan, infrastruktur hingga sistem komputerisasinya.

“Proses-proses bisnis ini membutuhkan adopsi teknologi, tidak saja di bagian produksi, tapi juga mencakup rantai pasokannya. Pemilihan teknologinya dipengaruhi oleh produk yang dipasarkan dan yang paling berkontribusi terhadap pertumbuhan,” tuturnya melalui keterangan tertulisnya yang diterima, Jumat (26/5/2023).

Menurut Yudhi, digitalisasi teknologi bisa membantu tim operasional, seperti melakukan pengecekan status produksi, kendala yang sedang dihadapi, titik kemacetan, yang semuanya bisa divisualisasi.  Sebelumnya, tim lapangan tidak punya akses untuk melihat product availability, sehingga banyak yang luput untuk diawasi.

Baca Juga: Strategi CEO Igloo Tingkatkan Penetrasi Asuransi yang Masih Rendah di Indonesia

“Ketika kita menerima terlalu banyak pesanan, maka butuh sistem reminder agar tidak terlewat, sistem monitoring untuk melihat apakah barangnya sudah datang atau belum, sudah ditempatkan atau belum, juga apakah sudah terdistribusi atau masih di pabrik,” ungkap Yudhi.

Dia menjelaskan, industri farmasi merupakan industri padat modal yang tidak saja membutuhkan investasi besar pada mesin, tapi juga kualifikasi ruangan serta persyaratan infrastruktur. Saat kesenjangan proses sudah teridentifikasi, maka teknologi yang sesuai dengan portofolio kebutuhan bisa dicari.

Yudhi menambahkan bahwa proses digitalisasi teknologi yang dilakukan oleh Phapros cukup kompleks, karena terkait dengan regulasi dari otoritas yang berwenang. Dia juga mengungkapkan bahwa Pharmos tertarik mengembangkan kecerdasan buatan (AI) di bidang farmasi.

“Di Indonesia, beberapa pelaku industri farmasi sudah mulai ke arah sana. Termasuk juga Phapros, meski tentu jalannya masih agak panjang. Salah satu yang menjadi tantangan penerapan AI adalah validitas, karena farmasi sangat bergantung pada validitas,” tutupnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Tara Reysa Ayu Pasya
Editor: Rosmayanti

Advertisement

Bagikan Artikel: