Spesifik pada aspek SDM, ia menjelaskan Indonesia harus bersiap untuk menghadapi bonus demografi yang akan datang. Dengan demikian, pemerintah harus mampu membentuk SDM yang unggul dan dapat bersaing. Pemerintah harus mampu mengubah SDM (human resources) menjadi modal manusia (human capital).
“SDM itu kan pada prinsipnya adalah suatu yang masih potensial, masih bahan baku, bagaimana cara kita mengubah sumber daya manusia atau human resources itu bisa menjadi human capital. Untuk itu, jelas diperlukan langkah-langkah yang serius, yang betul-betul dapat menjadi human capital. Dalam arti kata, tenaga kerja yang memiliki keterampilan yang sanggup bersaing. Bahkan kalau kita melihat ke depan, di mana dunia cenderung terbuka dan semakin terbuka lagi, kita harus sanggup bersaing dengan katakanlah baik sesama kita maupun dengan pihak luar,” jelasnya.
Terlebih, data dari OECD menunjukkan bahwa indeks sumber daya manusia Indonesia berada pada urutan ke-30 dari 199 negara di dunia. Oleh karena itu, Yusron mengklaim aspek SDM Indonesia bisa menjadi pisau bermata dua; dapat mengakselerasi pertumbuhan ekonomi melalui bonus demografi atau malah mencetak angka pengangguran yang tinggi pada tahun 2045 mendatang.
“Kalau demikian adanya, maka bonus demografi itu bisa menjadi semacam pisau bermata dua. Kalau kita tidak sanggup mengubah human resources tadi menjadi human capital atau, maka itu bisa menjadi malapetaka bagi kita. Paling tidak itu akan menjadi calon-calon pengangguran besar pada tahun 2045 nanti,” pungkasnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Novri Ramadhan Rambe
Editor: Rosmayanti
Tag Terkait:
Advertisement