Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Kunjungi Petani Aren dan Pengrajin Gula Aren di Deliserdang Sumut, Bank Mestika Ungkap Potensi Besar Ekspor

Kunjungi Petani Aren dan Pengrajin Gula Aren di Deliserdang Sumut, Bank Mestika Ungkap Potensi Besar Ekspor Kredit Foto: Khairunnisak Lubis

Petani, katanya, juga sering diliputi keraguan untuk berbisnis tanaman dan gula aren karena pendapatan mereka tidak seperti diharapkan.

"Petani jadi banyak meninggalkan bisnis gula aren dan terpaksa memilih menjual dalam bentuk nira karena selisih harganya hanya sedikit," katanya. 

Baca Juga: Ganjar Upayakan Hasil Panen Petani Tembakau Terjual Habis ke Pabrik Rokok dengan Harga Tinggi

Harga nira Rp10.000 per botol (600 ml) dan tidak perlu memasak lama menjadi gula aren dengan harga Rp20.000 per kg. 

Pengrajin Gula Aren di Desa Suka Makmur Dusun 7, Rumah Bacang Kecamatan Kutalimbaru Deliserdang, Budi Sembiring, mengatakan, untuk satu kuali dengan hasil 8 kilogram gula aren, diperlukan 60 liter nira. 

Adapun, untuk mendapatkan 60 liter nira diperlukan menyadap empat pohon aren karena satu pohon menghasilkan 15 liter nira. 

"Jadi kami harus mengumpulkan nira 60 liter baru mulai memasaknya," katanya. 

Pengrajin Gula Aren lainnya, Eka Sembiring, menyebutkan, mereka terpaksa tetap menggunakan kayu bakar karena keterbatasan pasokan listrik dan biayanya yang juga mahal. 

"Yah apa boleh buat, apinya dari kayu bakar walau menyadari bahwa bau asap mengurangi citarasa gula yang dihasilkan," katanya. 

Harga gula yang dijual ke pedagang pengumpul juga dinilai murah atau paling mahal Rp20.000 per kg. 

"Memang ada ajakan untuk mencampur nira dengan gula pasir dan ampas tebu biar dapat untung lebih besar dari penjualan gula aren. Tapi batin saya menolak, saya tidak mau menipu berjualan, walau memang rasanya sedih juga dengan untungnya yang sedikit," katanya. 

Ketua DPW AAI Sumut, Edi Koesriadi, sebelumnya mengungkapkan, aren merupakan tanaman serba guna, mulai dari pohon hingga buahnya bisa berguna. 

Baca Juga: Gandeng IFAD dan FAO, Bappenas Bakal Gencarkan Pembangunan Desa dan Petani Indonesia

"Aren merupakan tanaman hutan seperti untuk reboisasi, tanaman tumpang sari karena bisa sesuai dengan tanaman lainnya dan bisa ditanam di hutan sosial dan bahkan tanaman kearifan lokal," ujar Edi Koesriadi yang dipanggil akrab Ody. 

Namun, akibat petani kurang memahami cara cocok tanam yang baik dan pengolahan produk secara benar, maka hasilnya belum maksimal. Dia memberi contoh, petani membeli bibit aren yang tidak sesuai dengan kondisi lahan yang akan ditanam yang berakibat produksinya tidak maksimal.

Halaman:

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Khairunnisak Lubis
Editor: Ayu Almas

Advertisement

Bagikan Artikel: