Kekuatan Prabowo Subianto hampir tak terbendung lagi, setelah berhasil menyalip dan meninggalkan kedua pesaingnya sepanjang paruh awal 2023. Temuan survei Polmatrix Indonesia menunjukkan elektabilitas Prabowo mencapai 28,4 persen.
Sementara itu Ganjar Pranowo cenderung stagnan setelah sebelumnya sempat mengalami penurunan, dan kini elektabilitasnya bertahan sebesar 23,5 persen. Anies makin jelas berada pada peringkat ketiga dan terus merosot elektabilitasnya, tersisa 14,7 persen.
Baca Juga: Elektabilitas Prabowo Dominan di 3 Provinsi: Jabar, Jatim, dan Banten
Pada jajaran papan tengah, Puan Maharani mengalami peningkatan signifikan dan berhasil memimpin dengan elektabilitas 4,6 persen. Nama lain yang juga mencuat adalah Erick Thohir yang elektabilitasnya naik hingga 3,4 persen.
"Prabowo hampir tak terbendung lagi memimpin bursa capres, sementara di papan tengah Puan dan Erick elektabilitasnya melejit," ungkap Direktur Eksekutif Polmatrix Indonesia Dendik Rulianto dalam press release di Jakarta pada Selasa (1/8/2023).
Menurut Dendik, terus menguatnya Prabowo tidak bisa dilepaskan dari peta konstelasi politik di mana hubungan Presiden Jokowi merenggang dengan PDIP sebagai partai yang pernah membesarkannya sejak awal menjabat walikota di Solo.
"Jokowi yang selama ini disebut sebagai petugas partai kini telah menjelma menjadi kekuatan politik tersendiri dan memposisikannya sebagai kingmaker," tandas Dendik.
Pada titik tertentu terjadi perbedaan kepentingan antara Jokowi dengan PDIP yang selama ini mengusungnya.
Berbekal keberhasilan selama memimpin di Solo dan DKI Jakarta, Jokowi tampil sebagai pemimpin nasional dengan sejumlah terobosan. Fokus Jokowi dalam membangun infrastruktur telah meletakkan pondasi yang kokoh untuk tekad Indonesia menjadi negara maju.
"Meskipun didera dengan pandemi Covid-19 dan guncangan geopolitik internasional, visi memajukan Indonesia tidak bisa dilepaskan dari sosok Jokowi," tegas Dendik.
Jokowi melangkah lebih jauh lagi dengan menggulirkan pemindahan ibukota ke Kalimantan Timur. Bagi Jokowi, pembangunan yang terlalu terpusat di Pulau Jawa harus disebarkan ke daerah-daerah. Visi Indonesiasentris dimulai dengan membangun ibukota baru yang berada di tengah-tengah wilayah, sekaligus mengurangi beban Jakarta yang sudah sangat berat.
Dengan adanya batasan periode masa jabatan, Jokowi tidak bisa terus mengeksekusi program pembangunan yang berjangka panjang tersebut. Karena itu Jokowi harus memastikan presiden penggantinya bisa melanjutkan agar arah kemajuan bangsa tetap berada pada jalur yang benar.
"Cawe-cawe Jokowi itu yang membuat nama-nama seperti Prabowo dan Ganjar kerap berada pada posisi unggulan, sementara Anies yang mengklaim ingin mengubah arah pembangunan warisan Jokowi terus merosot," Dendik menjelaskan.
Baca Juga: Dekat Jokowi, Elektabilitas Prabowo Makin Jauh Tinggalkan Ganjar
"Jokowi berada di antara dua pilihan, antara mendukung Prabowo atau Ganjar, tetapi kini tampak makin condong ke Prabowo," lanjut Dendik.
Prabowo dinilai memiliki probabilitas yang lebih kuat untuk bisa melanjutkan kepemimpinan Jokowi ke depan.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Ayu Almas
Tag Terkait:
Advertisement