Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Survei Y-Publica: Gerindra Panen Coattail Effect, PDIP Terancam Gagal Hattrick

Survei Y-Publica: Gerindra Panen Coattail Effect, PDIP Terancam Gagal Hattrick Menteri Pertahanan sekaligus bakal calon presiden Prabowo Subianto memberikan sambutan saat menghadiri Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Asosiasi Pemerintah Desa Seluruh Indonesia (APDESI) 2023 di Balairung Universitas Jambi, Jambi, Rabu (26/7/2023). Rakernas yang berlangsung 25-27 Juli dengan tema Membangun Desa Menjaga Desa tersebut mengundang tiga bakal calon presiden masing-masing Prabowo Subianto, Anies Baswedan, dan Ganjar Pranowo. | Kredit Foto: Antara/Wahdi Septiawan
Warta Ekonomi, Jakarta -

Menguatnya dukungan terhadap Prabowo Subianto dalam ajang pencapresan memberikan coattail effect yang signifikan bagi Gerindra. Temuan survei Y-Publica menunjukkan, elektabilitas Gerindra terus bergerak naik mencapai 16,7 persen.

Meskipun masih berada pada urutan kedua, Gerindra terus mempersempit jarak terhadap PDI Perjuangan (PDIP) yang tetap unggul dengan elektabilitas 17,1 persen. Hanya saja, tren kenaikan elektabilitas Gerindra berpeluang menggagalkan tekad PDIP untuk mencetak hattrick pada Pemilu 2024.

Baca Juga: Aksi Gibran Pasang Stiker Ganjar Diprotes, PDIP: Waktu Temani Pak Prabowo Temui Relawan Kok Nggak Ada yang Protes?

"Gerindra memanen coattail effect dari tingginya elektabilitas Prabowo, hingga mengancam upaya PDIP mencetak hattrick," kata Direktur Eksekutif Y-Publica, Rudi Hartono, dalam press release di Jakarta, pada Selasa (22/8).

Menurut Rudi, kenaikan elektabilitas Prabowo tidak lepas dari endorsement Presiden Jokowi yang condong mengarah pada sosok Menteri Pertahanan tersebut. "Jokowi menginginkan presiden berikutnya dapat menjamin keberlanjutan program, seperti pemindahan ibu kota," lanjut Rudi.

Bagi Jokowi, masa depan Indonesia bakal ditentukan oleh hasil Pemilu 2024. Apakah kepemimpinan nasional yang terbentuk bakal melanjutkan program yang telah diletakkan fondasinya oleh Jokowi menuju negara maju, ataukah tetap stagnan menjadi negara berkembang.

"Karena itu, figur antitesis seperti Anies Baswedan dipandang sebagai ancaman serius sehingga dipandang perlu bagi Jokowi untuk cawe-cawe mendukung capres yang tidak hanya bisa melanjutkan program, tetapi juga menjadi alternatif bagi pemilih secara luas," ujar Rudi menjelaskan.

Pada perkembangan selama beberapa bulan terakhir, elektabilitas Ganjar cenderung stagnan. PDIP pun hanya bisa merangkul PPP sebagai mitra koalisi, itu pun dengan catatan. "PPP berencana mengevaluasi dukungan jika Sandiaga Uno tidak dipilih sebagai cawapres Ganjar," ujar Rudi.

Sebaliknya dengan Prabowo, tidak hanya menunjukkan komitmen kuat terhadap Jokowi, tetapi juga berhasil meraih dukungan yang lebih luas dari partai-partai di parlemen. Selain Gerindra, kini Prabowo didukung oleh Golkar (8,9 persen), PKB (6,8 persen), dan PAN (2,2 persen).

Sejumlah partai non-parlemen diperkirakan bakal turut memperkuat koalisi pengusung Prabowo, seperti PSI (6,0 persen), Gelora (0,8 persen), dan PBB (0,7 persen). Ganjar hanya didukung oleh PPP (2,8 persen), Perindo (1,8 persen), dan Hanura (0,3 persen).

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Puri Mei Setyaningrum

Advertisement

Bagikan Artikel: