Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Rendahnya Deteksi Dini Kanker, Menkes Minta Masyarakat Tak Takut untuk Skrining

Rendahnya Deteksi Dini Kanker, Menkes Minta Masyarakat Tak Takut untuk Skrining Kredit Foto: Rena Laila Wuri
Warta Ekonomi, Jakarta -

Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin mendorong masyarakat agar tidak takut untuk melakukan skrining kanker sejak dini untuk hidup yang lebih sehat dan berkualitas. Pasalnya, Indonesia sebagai negara dengan angka kematian pasien kanker tertinggi.

“Kementerian Kesehatan berfokus pada tiga jenis kanker utama di Indonesia yakni kanker serviks dan kanker payudara pada wanita dan kanker paru pada pria hingga tahun mendatang. Skrining dan deteksi dini memainkan peran penting untuk memastikan peluang hidup yang lebih tinggi bagi pasien kanker," kata Menteri Kesehatan Republik Indonesia, Budi Gunadi Sadikin dalam acara Lokakarya APAC WCC di Kuningan Jakarta Selatan, Rabu (8/11/2023).

"Oleh karena itu, kami terus mendorong upaya skrining, deteksi dini, pengobatan yang tepat bagi pasien kanker. Kami menargetkan 80 persen dari pasien kanker dapat melakukan deteksi dini sehingga mendapatkan pengobatan lebih cepat”, lanjutnya.

Di Indonesia, kejadian kanker payudara diperkirakan akan meningkat sebesar 25,9 persen antara tahun 2020 dan 2030 dengan angka kematian sebesar 29,4 persen. Di sisi lain, kejadian kanker serviks diperkirakan meningkat sebesar 25,8 persen dan angka kematian sebesar 33,9 persen pada periode yang sama. 

Baca Juga: RPP Kesehatan Dapat Matikan Industri Tembakau, DPR Minta Kemenkes Pertimbangkan Nasib Pekerja

Dalam lokakarya tersebut, juga dipaparkan sebuah laporan bertajuk “Impact and opportunity: the case for investing in women’s cancers in Asia Pacific”, yang dipublikasikan oleh Economist Impact, disusun oleh APAC WCC dan didukung oleh Roche, mengkaji beban kanker payudara dan serviks saat ini, serta kualitas kebijakan dan program untuk mengatasi kanker berdasarkan rekomendasi World Health Organisation (WHO) di enam negara Asia Pasifik yakni India, Indonesia, Malaysia, Filipina, Thailand, dan Vietnam, serta mengidentifikasi kesenjangan dan peluang perbaikan yang spesifik untuk masing-masing negara.

“Laporan ini meneliti kesenjangan pada kesiapan penanggulangan kanker yang menyerang wanita di tingkat nasional. Indonesia memiliki skor yang berkisar dari rendah hingga sedang di lima kategori penilaian. Sebagian besar ruang perbaikan berada pada kategori terkait kebijakan dan perencanaan, pencegahan dan skrining, serta diagnostik dan kapasitas sumber daya," dijelaskan oleh Omair Azam, Associate Director di Crowell & Moring International (CMI), salah satu organisasi pendiri APAC WCC. 

"Kita dapat mengatasi kesenjangan ini dan melakukan perbaikan dengan mengambil pendekatan kolaboratif dari seluruh ekosistem layanan kesehatan. Ini akan bermanfaat bagi ratusan ribu wanita di Indonesia yang sudah terdampak oleh kanker, dan diharapkan akan membantu melindungi lebih banyak wanita dari ancaman kanker di tahun mendatang,” 

Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular Kementerian Kesehatan Dr. Eva Susanti mengatakan kanker serviks merupakan kanker yang dapat dicegah melalui vaksinasi, skrining, dan pengobatan yang tepat.

“Melalui skrining dan tindak lanjut yang sesuai, kanker serviks dan kanker payudara dapat dicegah atau dideteksi secara dini, sehingga dapat meningkatkan kelangsungan hidup bagi pasien. Sejalan dengan upaya kami dalam mengurangi beban penyakit ini, penerapan inovasi sangat penting untuk menyelamatkan nyawa dan meningkatkan kualitas layanan,” ucapnya.

Mulai tahun ini, Kementerian Kesehatan mulai menggunakan tes HPV DNA sebagai alat skrining kanker serviks di provinsi DKI Jakarta, dan akan diperkenalkan di 16 provinsi di Indonesia mulai tahun depan. Berdasarkan penilaian teknologi kesehatan, kita mempelajari bahwa penerapan tes HPV DNA bersama dengan IVA (co-testing) lebih hemat biaya. Sensitivitas tes HPV DNA yang tinggi juga lebih baik untuk skrining kanker serviks dan selaras dengan pedoman WHO.

Baca Juga: Menkes Budi Gunadi Dorong Produsen Alkes Dalam Negeri Berteknologi Tinggi

Sementara, Direktur Utama BPJS Kesehatan Ghufron Mukti yang juga hadir dalam lokakarya menyampaikan untuk mengendalikan kasus kanker, layanan promosi, pencegahan, skrining dan konsultasi dalam Program JKN diperkuat, sehingga bukan hanya peserta yang sakit saja yang dapat memanfaatkan layanan JKN, tetapi juga yang sehat dapat memanfaatkannya. Skrining riwayat kesehatan adalah langkah pertama mendeteksi risiko penyakit. 

“Tidak hanya kuratif dengan memberikan penjaminan untuk pengobatan, BPJS Kesehatan juga menyediakan layanan promotif preventif untuk mencegah dan mendeteksi dini penyakit katastropik, termasuk kanker. Bagi wanita ada Program IVA atau papsmear untuk mendeteksi kanker serviks yang dapat diperoleh di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) sesuai ketentuan. Ada pula skrining riwayat kesehatan pada Aplikasi Mobile JKN yang apabila hasilnya menunjukkan risiko tinggi, peserta bisa mendapatkan konsultasi di FKTP tempat peserta terdaftar,” ujarnya.

“Banyak penderita kanker yang memiliki peluang hidup yang lebih tinggi berkat akses diagnosis secara dini dan pengobatan tepat waktu sesuai standar perawatan. Kami percaya akan pentingnya memperkuat rencana pengendalian kanker nasional, pendanaan yang memadai, dan mendorong kemitraan pemerintah-swasta untuk meningkatkan hasil pengobatan pasien. Bersama, kita bisa membuka jalan menuju masa depan di mana kanker tidak lagi menjadi ancaman bagi begitu banyak nyawa,” tutup Aryanthi Baramuli Putri, Chairperson dari Indonesian Cancer Information and Support Center Association (CISC).

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Rena Laila Wuri
Editor: Amry Nur Hidayat

Advertisement

Bagikan Artikel: