Tokocrypto Amati Harga Bitcoin Kembali Bangkit, Targetkan Naik Level Tertinggi Rp592 Juta
Platform perdagangan kripto berbasis di Indonesia, Tokocrypto mengamati, harga Bitcoin (BTC) kembali naik pada hari Kamis (16/11), rebound dari koreksi sejak dua hari lalu yang capai kisaran US$34.500 (Rp537 juta). BTC kini menargetkan harga untuk menutup minggu ini dengan target menembus level US$38.000 atau sekitar Rp 592 juta.
Dilansir dari keterangannya pada Kamis (16/11/2023), trader Tokocrypto, Fyqieh Fachrur menjelaskan meskipun ada hambatan makro, harga Bitcoin diprediksi akan terus melonjak lebih tinggi. Alasannya, data inflasi dan penjualan ritel Amerika Serikat (AS) yang dirilis minggu ini mendukung narasi bahwa siklus pengetatan The Fed telah berakhir dan siklus penurunan suku bunga akan segera terjadi.
Indeks harga konsumen (CPI) AS hanya 3,2% secara tahunan year-on-year (YoY) di bulan Oktober, turun dari 3,7% di bulan September. Sementara itu, indeks harga produsen (PPI) untuk bulan Oktober hanya 1,3% (YoY), turun dari 2,2% pada bulan sebelumnya dan jauh di bawah perkiraan 1,9%. PPI Inti turun ke tingkat tahunan sebesar 2,4% dari 2,7%.
Baca Juga: Kejar Bull Run Kripto, Tokocrypto Luncurkan Fitur Baru Instant Trade dan IDR Pair!
Menurut Fyqieh, inflasi yang menurun dapat mendukung Bitcoin dalam jangka pendek, sebab beberapa pelaku pasar bersedia mengambil lebih banyak risiko.
“Ketika inflasi turun, mata uang tradisional cenderung lebih stabil nilainya, yang dapat mengurangi daya tarik investasi dalam aset-aset seperti obligasi dan tabungan. Dalam situasi ini, beberapa investor mungkin mencari alternatif yang lebih potensial untuk pertumbuhan modal, dan Bitcoin dapat menjadi salah satu pilihan mereka," kata Fyqieh yang dilansir pada Kamis (16/11/2023).
Di samping itu, karena adanya ketidakpastian ekonomi yang sering terkait dengan inflasi tinggi, beberapa orang mungkin melihat Bitcoin sebagai bentuk "perlindungan" terhadap potensi depresiasi mata uang tradisional. Bitcoin yang bersifatnya yang terdesentralisasi dan terbatas dalam pasokan, dianggap sebagai alat lindung nilai potensial terhadap fluktuasi nilai mata uang fiat.
Ditambah lagi, harapan soal persetujuan ETF Bitcoin spot di AS masih tetap tinggi, menjadi salah satu faktor yang menjaga semangat investor untuk terus mengakumulasi aset kripto meskipun terjadi penurunan harga jangka pendek pada Bitcoin. Hingga kini, Komisi Sekuritas dan Bursa (SEC) AS) masih belum memberikan persetujuan untuk ETF Bitcoin spot tersebut. Jendela waktu untuk persetujuan ini masih berlangsung hingga tanggal 17 November, dan jika SEC memutuskan untuk melanjutkan kebijakan penundaan persetujuan ETF, jendela waktu tersebut akan diperpanjang hingga 10 Januari.
“Para investor merespons dengan melakukan entry secara bertahap ke dalam Bitcoin, didukung oleh kepercayaan pasar yang kuat dan minim koreksi. Harga Bitcoin berhasil meningkat dari US$34.000 (Rp530 juta) menjadi US$38.000 (Rp592 juta) dalam waktu singkat. Kepercayaan investor terhadap sentimen positif terkait ETF masih cenderung bullish," jelas Fyqieh.
Lantas, apakah membeli Bitcoin di level saat ini dianggap kemahalan? Tokocrypto mengatakan, penting untuk diingat bahwa harga Bitcoin dapat sangat fluktuatif, dan pergerakannya tidak selalu mengikuti pola yang dapat diprediksi. Fyqieh mengingatkan agar investor tetap mengandalkan tujuan investasi.
“Jika ingin berinvestasi jangka panjang, maka membeli Bitcoin di level sekarang tidak terlalu mahal. BTC memiliki potensi untuk tumbuh secara signifikan dalam jangka panjang, sehingga masih bisa mendapatkan keuntungan yang besar," terang Fyqieh.
Baca Juga: Potensi Kripto Masuki November Bullish, Apa Kata Tokocrypto?
Untuk investasi jangka panjang pada Bitcoin dengan mempertimbangkan harga saat ini mungkin masuk akal, terutama jika dilihat sebagai peluang masuk pada level relatif rendah. Proyeksi potensial kenaikan hingga mencapai All-Time High (ATH) sekitar US$120.000-US$150.000 (Rp1,8 miliar-Rp2,3 miliar) dalam siklus Bitcoin halving selanjutnya bisa menjadi faktor pendorong keputusan investasi.
Meskipun begitu, siklus halving bukanlah jaminan pasti bahwa Bitcoin akan mencapai rekor ATH baru. Faktor-faktor lain seperti adopsi institusional, regulasi, perkembangan teknologi, dan sentimen pasar juga dapat memengaruhi pergerakan harga Bitcoin.
“Oleh karena itu, sebelum membuat keputusan investasi, disarankan untuk melakukan analisis menyeluruh dan mempertimbangkan berbagai faktor yang dapat memengaruhi pasar kripto," pungkas Fyqieh.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Nadia Khadijah Putri
Editor: Amry Nur Hidayat
Tag Terkait:
Advertisement