Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Dinamika Start-up Pendanaan, Dirut MUF: Jangan Sampai Jadi Buy Now, No Pay Later

Dinamika Start-up Pendanaan, Dirut MUF: Jangan Sampai Jadi Buy Now, No Pay Later Kredit Foto: MUF
Warta Ekonomi, Jakarta -

Direktur Utama Mandiri Utama Finance (MUF), Stanley S. Atmadja buka suara terkait dengan fenomena startup, khususnya yang terkait dalam bisnis pinjaman online di Indonesia.

Ia mengatakan dirinya ikut senang dengan banyaknya kemunculan start-up baru yang dicetuskan oleh masyarakat dari Indonesia. Hal ini karena langkah tersebut tak hanya menyerap tenaga kerja namun juga akan mendongkrak ekonomi dari Indonesia.

Baca Juga: MUF Hadapi Dinamika Ekonomi, Serap Tenaga Kerja hingga Dongkrak Literasi Keuangan Indonesia

“Saya senang dengan kehadiran budaya start-up karena hal ini membuat semua orang terdorong menjadi entrepreneur,” ungkapnya dalam wawancara Bersama dengan Warta Ekonomi, Kamis (7/12).

Namun dirinya menyayangkan banyaknya usaha-usaha baru ini tak bertahan lama dan begitu saja gugur seiring waktu berjalan. Menurutnya ada sejumlah hal yang sepertinya kurang dipersiapkan oleh penggiat start-up dari Indonesia.

Stanley mengatakan, dalam membangun start-up atau usaha lainnya, seorang pengusaha harus tahu atau paham tiga hal ini, yakni model bisnisnya, proses bisnisnya atau tahu industrinya hingga orang-orang yang akan menjalankan bisnisnya tersebut.

“Kuncinya tak berubah, business model, business process dan Sumber Daya Manusia (SDM),” tegasnya.

Stanley mengambil contoh fenomena bisnis dari business buy now pay later alias pinjaman online (Pinjol). Bisnis ini menurutnya terlihat memiliki market dan prospek yang bagus di Indonesia. Terbukti dengan banyaknya start-up dalam sektor ini yang bermunculan dari hari ke hari.

Namun banyak pengusaha dalam sektor bisnis ini perlahan berguguran karena tak siap menghadapi business model yang ternyata tak sesimpel menyediakan aplikasi atau website kepada konsumen sebagai penyedia jasa pendanaan.

Sejumlah risiko harus diantisipasi seperti ketersediaan dana atau modal, kepercayaan konsumen maupun investor hingga risiko nasabah nakal atau tidak membayar hasil pinjaman sesuai tenggat waktu yang disepakati. Pada akhirnya bisnis buy now pay later sendiri tak berbeda dengan lending company.

Collection-nya siapa? Funding-nya siapa? At the end of the day, it’s a lending company. Jangan sampai bisnisnya menjadi buy now, no pay later,” jelasnya.

Oleh karenanya, tiga kunci bisnis tersebut semestinya dijalankan oleh setiap insan yang berminta untuk membuka start-up. Pastikan ketiganya saling berkesinambungan agar bisnis yang dijalankan bisa berkembang dan sukses di kemudian hari.

Baca Juga: MUF-Porsche Indonesia Kolaborasi, Siap Wujudkan Mimpimu Punya Taycan!

Your technology tidak cukup, at the end of the day you have to make sure [that] people behind you [are] supporting your operation. Digital operation-nya oke, offline operation-nya pun mesti ada,” tegasnya.

Penulis: Aldi Ginastiar
Laporan: Muhamad Ihsan

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Aldi Ginastiar
Editor: Aldi Ginastiar

Advertisement

Bagikan Artikel: