Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Prioritas Belanja Global, Prestise atau Efisiensi?

Prioritas Belanja Global, Prestise atau Efisiensi? Kredit Foto: YouTube/Indrawan Nugroho
Warta Ekonomi, Jakarta -

Sebelumnya sebuah produk diciptakan dengan satu ukuran untuk semua era. Namun, era tersebut sudahlah berlalu. Saat ini, konsumen mencari produk dan layanan yang sesuai dengan gaya dan kebutuhan mereka yang ingin lebih personal dan unik. 

Menurut riset Deloitte tahun 2015, konsumen bersedia membayar 10 sampai 50 persen lebih banyak untuk produk yang dipersonalisasi. Aspek personalisasi ini diprakirakan akan terus tumbuh dan menjadi hal yang penting untuk produk retail di masa depan. Bahkan di sektor B2B, personalisasi bukan lagi sekedar pilihan, melainkan termasuk strategi penting. 

Baca Juga: Hari Pertama Jadi Menteri, AHY: Saya Belanja Masalah

Studi McKinsey menunjukkan bahwa bisnis B2B yang mengadopsi personalisasi telah mengalami peningkatan kepuasan pelanggan sampai 20 persen dan peningkatan konversi penjualan sampai 15 persen. 

CEO dan Co-founder CIAS, Indrawan Nugroho mengatakan di sektor teknologi, bentuk personalisasi bisa berupa kecanggihan, contohnya iOS Apple yang telah membuat penggunanya dapat menyesuaikan fungsi dan antarmuka ponsel sesuai keinginan mereka. 

Lebih jauh, personalisasi dan kustomisasi bukan hanya sekadar strategi pemasaran, melainkan sebuah perubahan fundamental dalam interaksi dengan konsumen. Produsen dituntut untuk bisa menciptakan nilai unik bagi setiap konsumen serta menjalin hubungan yang lebih mendalam dan bermakna. Untuk tahun 2024, bisnis di berbagai sektor yang memanfaatkan kekuatan personalisasi akan tetap relevan dan berkembang. 

Seperti halnya dengan begitu banyak orang sudah terkena "Delight Distraction," yang menurut Euromonitor International merupakan tren tentang kebiasaan mencari cara menyelipkan kebahagiaan dalam kehidupan sehari-hari. 

"Mereka membutuhkan dan mencari momen-momen kecil yang bisa menghadirkan kegembiraan, menyenangkan hati, dan memberikan jeda dari rutinitas. Momen itu bisa diperoleh dari pengalaman berbelanja dan bahkan dari mengkonsumsi sebuah produk. Sekitar 29 persen konsumen merasa nyaman dengan brand yang bisa mengerti emosi mereka dan memberikan pengalaman yang lebih personal," ucap Indrawan dalam kanal YouTubenya, Jumat (23/02). 

Tren Kemudahan dan Kecepatan dalam Berbelanja 

Prioritas utama pelanggan dalam memilih tempat belanja adalah kemudahan. Sebanyak 60 persen konsumen global menilai kemudahan itu penting karena mereka ingin berbelanja tanpa buang waktu atau tenaga. Tren ini juga terjadi di Indonesia, di mana menurut Indrawan 82 persen masyarakat lebih memilih e-commerce untuk membeli barang elektronik. 

Baca Juga: Penguatan Selatan Global, Firewall Geopolitik hingga Advokat Pembangunan Berkelanjutan

"Terlebih lagi kesadaran tentang etika dan pentingnya keberlanjutan sudah semakin tumbuh di masyarakat. Masyarakat ingin brand dan koperasi menjadi lebih transparan, mengutamakan keberlanjutan, dan bertindak etis," jelas Indrawan. 

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Naeli Zakiyah Nazah
Editor: Aldi Ginastiar

Advertisement

Bagikan Artikel: