Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Mikroplastik pada Kesehatan Manusia

Oleh: Prof. Raymond R. Tjandrawinata, Profesor di Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya dan Pengamat Bidang Bioteknologi Kesehatan

Mikroplastik pada Kesehatan Manusia Kredit Foto: Istimewa
Warta Ekonomi, Jakarta -

Kita tahu bahwa penggunaan dan produksi plastik dunia telah meningkat secara dramatis sejak diperkenalkan pada tahun 1950-an. Sementara itu, istilah “mikroplastik” diperkenalkan untuk “pecahan dan serat plastik mikroskopis” pada tahun 2004.

Selama dekade terakhir, polusi mikroplastik telah diidentifikasi sebagai ancaman global yang semakin meningkat, yang dapat mempengaruhi ekosistem, keanekaragaman hayati, dan kesehatan manusia. Kontaminan mikroplastik terus-menerus dalam ekosistem juga telah diakui sebagai masalah global yang sedang berkembang.

Periode saat ini telah didefinisikan sebagai “zaman sejarah baru, Plasticene”, karena banyaknya simpanan mikroplastik. Polusi plastik yang ada di mana-mana, yang sebagian disebabkan oleh plastik bioaktif, diakui secara luas sebagai ancaman global terhadap lingkungan alam serta kesehatan manusia dan hewan.

Selain itu, selama krisis virus corona (COVID-19), dunia menghadapi masalah tambahan terkait dengan meluasnya penggunaan masker wajah dan sarung tangan bedah, yang berkontribusi terhadap banyaknya limbah medis.

Pembuangan yang tidak tepat dan pengelolaan limbah lingkungan yang salah dapat menyebabkan pencemaran mikroplastik. Korelasi penggunaan masker dan penghirupan mikroplastik juga patut mendapat perhatian.

Baca Juga: Pentingnya Mengurangi Plastik Sekali Pakai dan Memelihara Hutan Berkelanjutan dalam Aksi Iklim

Definisi mikroplastik masih diperdebatkan dan saat ini belum mencapai konsensus luas. Mikroplastik dapat dikarakterisasi dengan berbagai cara. Namun, penentuan sifat perlu mencakup pertimbangan ukuran dan asal, serta sifat fisik dan kimianya.

Ciri-ciri mikroplastik yang umum dibahas adalah ukuran, komposisi, sumber, dan jenisnya. Mikroplastik mengacu pada partikel plastik kecil tetapi batas ukuran atas dan bawah untuk partikel mikroplastik tidak ditentukan dengan jelas.

Penelitian awal menggambarkan mikroplastik sebagai “partikel plastik dengan diameter

Plastik dapat terdiri dari berbagai bahan dan mengandung bahan tambahan kompleks. Komposisi kimia yang tepat akan berdampak signifikan terhadap keadaan pencemaran mikroplastik.

Meskipun belum ada definisi standar mengenai komposisi mikroplastik, beberapa ahli menyarankan untuk menentukan komposisi bahan dari sampah plastik, misalnya, dalam istilah “terdiri dari polimer alami sintetik atau yang banyak dimodifikasi” atau “apakah bahan tersebut padat dan tidak larut dalam pada suhu 20°C".

Selanjutnya, mikroplastik dapat diklasifikasikan menjadi mikroplastik primer dan mikroplastik sekunder berdasarkan asal usul plastiknya. Mikroplastik primer dapat diproduksi untuk penggunaan tidak langsung sebagai prekursor atau penggunaan langsung seperti microbeads dalam produk perawatan pribadi dan kosmetik.

Microbeads ini telah digunakan sebagai bahan pembersih pada pembersih wajah, shower gel, pasta gigi, dll. Laporan terbaru menunjukkan bahwa >60% sampel permukaan air pantai mengandung microbeads plastik. Mikroplastik sekunder dapat terbentuk dari fragmentasi dan pelapukan sampah plastik berukuran besar. 

Mikroplastik dapat dibentuk dengan menggabungkan fotooksidasi oleh sinar ultraviolet (UV) dan degradasi mekanis atau biologis, yang pada akhirnya menjadi fragmen yang lebih kecil.

Klasifikasi mikroplastik lainnya didasarkan pada jenis dan bentuknya, termasuk pelet, fragmen, serat, film, tali dan filamen, microbeads, spons atau busa, dan karet.

Beberapa bentuk mikroplastik cenderung dominan dalam keadaan tertentu karena proses pemilahan secara alami. Misalnya, mikroplastik berserat merupakan jenis yang dominan di antara serat, fragmen, dan butiran.

Sebuah penelitian terhadap orang dewasa dan anak-anak menunjukkan bahwa sebagian besar partikel mikroplastik yang dikonsumsi adalah serat yang berasal dari air, alkohol, udara, makanan laut, gula, dan madu. Karena beragamnya kriteria yang diadopsi untuk mengidentifikasi mikroplastik, menerapkan definisi terpadu pada penelitian yang ada tidaklah praktis.

Untuk menghindari kebingungan, istilah “mikroplastik” didefinisikan sebagai partikel plastik dengan diameter

Baca Juga: Pengusaha Minta Pemerintah Tunda Pembatasan Impor Bahan Baku Plastik

Dalam beberapa tahun terakhir, ancaman diam-diam telah muncul, mengancam lingkungan dan kesehatan manusia. Mikroplastik, partikel plastik kecil berukuran kurang dari 5 milimeter, telah menyusup ke lautan, tanah, dan bahkan udara yang kita hirup.

Dengan kehadirannya di mana-mana, mikroplastik telah menjadi masalah yang semakin memprihatinkan terhadap lingkungan dan kesehatan manusia.

Aktivitas manusia memainkan peran penting dalam mempengaruhi ekosistem karena jejak mikroplastik yang ada di mana-mana mempengaruhi terdeteksinya hampir semua matriks lingkungan. Polusi mikroplastik tidak hanya ditemukan di wilayah dengan aktivitas manusia yang intens tetapi juga wilayah berpenduduk jarang seperti Kawasan Kutub Utara dan Dataran Tinggi Tibet, Kutub Ketiga dunia. Pengamatan ini menunjukkan betapa luasnya polusi modern dan bagaimana hal ini menjadi ancaman terhadap kelestarian lingkungan.

Mikroplastik telah menyerang kehidupan kita sehari-hari karena aktivitas manusia, urbanisasi, aktivitas industri, dll. Ada dugaan bahwa “mikroplastik tersembunyi” akan menyebabkan gangguan pada banyak ekosistem.

Sumber mikroplastik meliputi partikel ban dan keausan jalan, cucian, debu rumah tangga, dan produk perawatan pribadi dan kosmetik. Contoh lainnya termasuk pembuangan dari fasilitas pengolahan limbah dan peningkatan produksi serta penggunaan kain sintetis secara global, yang setelah diproses melalui mesin cuci domestik, telah menjadi sumber penting mikroplastik ke dalam ekosistem perairan.

Selain itu, polusi mikroplastik dapat berasal dari sumber laut, seperti abrasi tali, dan langsung masuk ke lingkungan laut.

Bukti terbaru menunjukkan bahwa manusia terus-menerus menghirup dan menelan mikroplastik melalui makanan laut yang terkontaminasi, termasuk ikan dan kerang. Selain itu, mikroplastik juga ditemukan di air keran, air kemasan, dan bahkan minuman yang biasa dikonsumsi, seperti bir dan garam.

Faktanya, sebuah studi baru memperkirakan bahwa rata-rata orang dewasa mengonsumsi sekitar 2.000 mikroplastik per tahun melalui garam. Berbagai bahan kimia dapat terlepas dari botol air plastik, pisau, dan produk dermatologis hingga masuk ke dalam tubuh kita.

Senyawa ini dikaitkan dengan masalah kesehatan yang serius seperti gangguan endokrin, penambahan berat badan, resistensi insulin, penurunan kesehatan reproduksi, dan kanker.

Dari semakin berkurangnya jumlah potongan plastik yang ditemukan, apa dampak mikroplastik terhadap kesehatan manusia? Apa pun artinya ini bagi kesehatan kita, masih belum diketahui dan menjadi misteri.

Berdasarkan analisis WHO terhadap penelitian terkini terkait mikroplastik, saat ini hanya terdapat sedikit bukti yang menunjukkan bahwa mikroplastik menyebabkan dampak buruk yang signifikan terhadap kesehatan.

Terdapat kesenjangan pengetahuan yang besar dalam pemahaman ilmiah tentang dampak mikroplastik dan bukti yang ada saat ini masih lemah untuk menyimpulkan adanya dampak buruk yang ditimbulkan oleh mikroplastik.

Penelitian lebih lanjut dan lebih holistik diperlukan untuk mendapatkan penilaian yang lebih akurat mengenai paparan mikroplastik dan potensi dampaknya terhadap kesehatan manusia.

Karena masih banyak yang harus dipahami mengenai dampak mikroplastik terhadap kesehatan manusia, kita harus selalu menyoroti meningkatnya kekhawatiran mengenai implikasi besar mikroplastik dan apa yang dapat kita lakukan sebagai individu dan masyarakat.

Hal ini harus mencakup pengelolaan plastik yang lebih baik di seluruh siklus hidup produk dan mengurangi penggunaan plastik, jika memungkinkan, untuk menuju perekonomian plastik yang lebih berkelanjutan.

Singkatnya, keberadaan dan akumulasi mikroplastik dalam ekosistem di seluruh dunia jelas merupakan masalah kesehatan lingkungan. Namun, pengetahuan kita mengenai potensi risiko polusi mikroplastik terhadap kesehatan manusia relatif terbatas.

Akibatnya, interaksi dampak mikroplastik terhadap lingkungan dan meningkatnya prevalensi penyakit manusia yang terkait masih menjadi kontroversi. Lebih banyak penelitian yang harus dilakukan dan bertujuan untuk lebih memahami masalah kesehatan lingkungan yang kompleks akibat polusi mikroplastik untuk merumuskan arah penelitian mikroplastik di masa depan.

Ingat, Kesehatan umum generasi masa depan tergantung dari bagaimana kita sadar menggunakan plastik dalam kehicupan kita sehari-hari saat ini.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Amry Nur Hidayat

Tag Terkait:

Advertisement

Bagikan Artikel: