Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Didik J Rachbini: Pentingnya Kesadaran Sejarah dalam Menghadapi Tantangan Ekonomi Global

Didik J Rachbini: Pentingnya Kesadaran Sejarah dalam Menghadapi Tantangan Ekonomi Global Kredit Foto: Istimewa
Warta Ekonomi, Jakarta -

Rektor Universitas Paramadina, Prof. Dr. Didik J. Rachbini, menekankan bahwa upaya memecah belah bangsa dan demokrasi sama saja dengan menghancurkan sejarah panjang perjalanan bangsa dari Indonesia.

Ia menekankan pentingnya membangun kesadaran sejarah mulai dari hadirnya perkumpulan Boedi Utomo merupakan awal dari kesadaran kelompok elite bangsa, diikuti oleh munculnya organisasi kebangsaan hingga tahun 1945 yang menggunakan demokrasi perwakilan melalui Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) sampai dengan demokrasi perwakilan tetap dipertahankan hingga Pemilihan Umum (Pemilu) 2024, dengan sistem noken di Papua.

Baca Juga: Menjaga Asa Pertumbuhan Ekonomi, Formasi Kabinet Prabowo-Gibran Jadi Sorotan

Dilansir Selasa (28/5), hal ini penting menurutnya terutama dalam konteks ekonomi global saat ini yang tidak stabil, dengan perlambatan ekonomi dan stagnasi yang diperkirakan berlanjut hingga tahun 2024, menunjukkan bahwa kesadaran sejarah dan semangat kebangsaan harus terus dipertahankan.

Produk domestik bruto (PDB) global diperkirakan hanya tumbuh sebesar 3,2 persen pada 2023, 2024, dan 2025. Meskipun negara-negara maju mengalami sedikit penguatan ekonomi, negara-negara berkembang menghadapi perlambatan dengan pertumbuhan hanya 4,2 persen pada 2024.

Adapun Kepala Center of Digital Economy and SMEs The Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), Eisha Maghfiruha R. Ph.D. menjelaskan bahwa Amerika Serikat diprediksi akan mengalami penguatan ekonomi domestik dengan pertumbuhan 2,7 persen pada 2024. Pertumbuhan ini didorong oleh pasar tenaga kerja yang kuat, konsumsi masyarakat yang stabil, dan tabungan dari subsidi pemerintah selama pandemi COVID-19. Kebijakan ekonomi AS juga berusaha menurunkan inflasi dengan proyeksi penurunan suku bunga pada pertengahan tahun ini.

Namun, eskalasi konflik global seperti perang di Timur Tengah dan konflik Rusia-Ukraina mempengaruhi dinamika ekonomi global dan membawa risiko ekonomi bagi Indonesia. Ketidakstabilan politik global dapat mengurangi investasi asing masuk ke Indonesia, sementara kebijakan moneter AS yang cenderung menjaga suku bunga tinggi menyebabkan arus modal keluar dari negara berkembang ke AS.

Ekonomi domestik Indonesia tumbuh 5,1 persen year-on-year pada kuartal pertama 2024, terutama didorong oleh konsumsi selama Ramadhan dan Idul Fitri, serta belanja pemerintah untuk bantuan sosial dan pemilu. Namun, Eisha menyoroti bahwa pertumbuhan ini belum didorong oleh kegiatan produksi yang maksimal. Oleh karena itu, program pemerintah yang baru harus menjadi fokus penting untuk mendorong ekonomi ke depan.

Untuk itu, diperlukan kemauan kuat dan rencana tepat dari pemerintahan baru, meskipun fundamental ekonomi masih lemah. Wijayanto menyarankan penguatan kolaborasi, konsistensi kebijakan, penegakan hukum, dan reindustrialisasi sebagai solusi untuk memperkuat ekonomi nasional.

Baca Juga: Harvesting BBI dan BBWI: Pilar Masa Depan Ekonomi UMKM di Sumatera Selatan

Dengan situasi global yang penuh tantangan, seperti inflasi tinggi, suku bunga tinggi, dan pertumbuhan ekonomi yang melambat, seluruh komponen bangsa harus bersatu untuk mengatasi turbulensi ekonomi global. Dengan menyatukan langkah, Indonesia dapat maju dan menyejahterakan rakyatnya tanpa kecuali.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Aldi Ginastiar

Advertisement

Bagikan Artikel: