Menyebarkan Pesan Kebaikan di Ruang Digital yang Sarat Literasi Internet
Dalam rangka program Literasi Digital di Indonesia, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) menyelenggarakan chip-in mengenai penguatan keterampilan digital masyarakat Indonesia bernama #MakinCakapDigital 2024 untuk segmen komunitas di wilayah Jawa Tengah dengan tema "Menyampaikan Pesan Kebaikan melalui Media Sosial" pada Sabtu (1/6/2024).
Kali ini hadir pembicara program kegiatan Literasi Digital #MakinCakapDigital di tahun 2024 yang ahli di bidangnya untuk berbagai bidang antara lain Dosen Pengajar dan Praktisi Digital Anang Darmawan, Pegiat Literasi Digital Pesantren Muhammad Mustafid, dan Key Opinion Leader Ustad Hammad Rosyadi.
Survei terbaru dari We Are Social dan Kepios 2022 menyebutkan, pengguna internet di Indonesia terus bertambah setiap tahunnya, kini bahkan mencapai 204 juta pengguna atau sudah digunakan oleh 73,7 persen penduduk Indonesia. Sejumlah 80,1 persen penduduk Indonesia menggunakan internet untuk mencari informasi dan dapat menghabiskan waktu 8 jam 36 menit dalam satu hari menggunakan internet.
Dalam pemaparannya, Mustafid menyebutkan perkembangan teknologi informasi ini menciptakan ruang baru yang saat ini kita sebut sebagai ruang digital. "Ruang baru ini mengalihkan berbagai aktivitas manusia seperti politik, sosial, ekonomi, kultural, spiritual di ‘dunia nyata’ ke dalam berbagai bentuk substitusi artifisial," jelas Mustafid.
Anang dalam kesempatan yang sama menyampaikan, tidak dapat dipungkiri saat ini media sosial mendominasi sumber utama masyarakat mendapat informasi di era digital. Namun, dominasi ini dapat berdampak pada akurasi dan kualitas berita yang beredar. Tantangan bagi media dan publik adalah memastikan informasi yang diterima dapat dipercaya.
Baca Juga: Dongkrak Pertumbuhan, Visa Bekali UKM Perempuan dan Generasi Muda dengan Literasi Digital
Dalam hal ini menyebarkan pesan kebaikan, tidak lepas dari tantangan tersendiri. Hammad menjelaskan saat mengunggah konten pesan kebaikan, bisa jadi diragukan informasinya oleh audiens atau mereka tidak setuju sehingga berbeda pendapat. Hal-hal tersebut dapat diminimalisir dengan membuat konten pesan kebaikan yang memiliki landasan informasi kuat.
"Buat konten dengan referensi yang jelas dan terpercaya. Memilah dan memilih foto atau video yang digunakan untuk konten kebaikan, dan jangan lupa pilih platform yang menjaga keamanan dan privasi kita," kata Hammad.
Kemampuan untuk mengakses, menyeleksi, memahami, menganalisis, memverifikasi, mengevaluasi, dan mendistribusikan informasi dalam dunia digital disebutkan oleh Mustafid termasuk dalam literasi digital yang mencakup kecakapan, keamanan, budaya, dan etika digital.
Lebih lanjut, Anang menambahkan audiens cerdas menerima informasi dengan melakukan langkah-langkah verifikasi informasi. Caranya dilakukan dengan identifikasi sumber atau memeriksa asal-usul informasi dan pastikan sumber yang dapat dipercaya, validasi data yaitu membandingkan dengan sumber lain untuk memastikan keakuratan informasi, dan periksa keahlian melakukan cek konten asli atau telah dimodifikasi.
Verifikasi informasi pesan kebaikan di media sosial menurut Anang bermanfaat untuk mencegah penyebaran informasi palsu yang dapat menyesatkan atau hoaks, memungkinkan individu membuat keputusan yang lebih bijak dan bertanggung jawab, dan meningkatkan kredibilitas audiens di lingkungan digital.
Baca Juga: Kominfo Dorong Sinergi Meningkatkan Keamanan Siber di Era Transformasi Digital
Mustafid mengingatkan bahwa audiens yang cerdas secara kultural internet sadar bahwa teknologi sebagai alat, bukan alat yang memperalat pengguna alat, dari peran konsumen menjadi produsen, dari pasif ke aktif, dari follower ke trendsetter, dari hoaks ke pesan kebaikan, dari pepesan kosong ke informasi bermanfaat.
"Selalu check dan recheck. Apakah informasi yang kita bagikan bermanfaat atau tidak, menyakiti atau menyinggung orang lain, sensitif terhadap nilai-nilai kultural masyarakat, momentum pas atau tidak, dan perhatikan di ruang mana kita share," pesan Mustafid.
Anang melanjutkan, tidak dapat dipungkiri dominasi media sosial sebagai sumber utama informasi mempengaruhi kualitas dan keakuratan berita dengan menyebarkan informasi cepat namun sering kurang terverifikasi dan sensasional.
"Platform seperti Facebook, Twitter, Instagram, YouTube, dan TikTok digunakan banyak orang untuk mendapatkan berita. Untuk memastikan akurasi, individu perlu mengembangkan literasi digital dengan memverifikasi sumber, menggunakan pengecek fakta, mengevaluasi kredibilitas, dan membandingkan informasi dari berbagai sumber," pungkas Anang.
Sebagai informasi, Webinar Makin Cakap Digital merupakan salah satu rangkaian kegiatan dalam program Indonesia Makin Cakap Digital yang diinisiasi oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika RI (Kemenkominfo). Adapun informasi lebih lanjut mengenai literasi digital dapat diakses melalui Website
literasidigital.id atau akun Instagram @literasidigitalkominfo, Facebook Literasi Digital Kominfo dan Youtube Literasi Digital Kominfo.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Amry Nur Hidayat
Advertisement