Ketua Umum Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI), Eddy Martono, menyebut jika peremajaan sawit rakyat (PSR) jalur kemitraan bukan hanya bertujuan meningkatkan produktivitas kelapa sawit saja, melainkan juga mendukung ketahanan pangan nasional.
Hal ini terlihat dari program PSR jalur kemitraan binaan Gapki dan tumpangsari Padi Gogo yang diadakan di Batulicin, Kalimantan Selatan pada akhir April lalu. Acara tersebut menjadi momentum penting dalam mendorong keberhasilan program PSR. Pasalnya, salah satu aspek kunci dalam implementasi PSR adalah integrasi sawit dengan aspek lain, salah satunya tanaman padi.
Baca Juga: IPB Kenalkan Inovasi Pupuk dari Tandan Kosong Sawit untuk Petani Jambi
Adapun penerapan PSR ini mendapatkan dukungan dari Direktorat Jenderal Perkebunan (Ditjenbun). Program inipun mencakup penggantian tanaman tidak produktif dengan benih berkualitas tinggi dan penerapan praktik pertanian yang baik untuk meningkatkan produktivitas dan kualitas hasil.
“Integrasi program dengan penanaman padi gogo memberikan manfaat ganda, yakni menyediakan pangan bagi masyarakat lokal serta meningkatkan kesejahteraan petani,” ucap Eddy dalam keterangan yang diterima Warta Ekonomi, Rabu (3/7/2024).
Sementara itu, dukungan pemerintah melalui Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) yakni berupa pembiayaan untuk 52.000 hektar calon lahan kelapa saiwt rakyat yang melibatkan ribuan petani dari 150 lembaga pekebun.
Adapun 1.800 hektar di antaranya merupakan bagian dari program PSR jalur kemitraan yang menunjukkan komitmen untuk meningkatkan produktivitas dan kesejahteraan petani kelapa sawit di Indonesia.
Adapun program PSR dan tumpangsari padi gogo tersebut menjadi wujud dan komitmen pemangku kepentingan terkait dalam mengoptimalkan lahan perkebunan dan meningkatkan produksi pangan. Dengan adanya dukungan dari berbagai pihak, termasuk di antaranya adalah pemerintah dan asosiasi pengusaha kelapa sawit, maka diharapkan program tersebut memberikan dampak positif bagi petani kelapa sawit sekaligus masyarakat luas.
“Untuk tumpangsari padi gogo dengan sawit ini hanya dilakukan dalam waktu yang tidak panjang. dengan kata lain, selama kanopi tanaman kelapa sawit belum menutup, maka program tersebut hanya dilakukan pada tanaman baru di antaranya program PSR atau replanting perusahaan,” jelasnya.
Meskipun demikian, program tersebut menurut Eddy juga berpotensi menimbulkan beberapa kendala. Sebabnya, petani sawit dan perusahaan sawit tidak memiliki pengalaman dalam penanaman tumpangsari dengan padi gogo. Maka dari itu, Eddy menegaskan bahwa pemerintah butuh mendampingi program tersebut agar bisa berlanjut secara sukses.
Sementara itu, penyediaan benih padi gogo ini seluruhnya berasal dari Kementerian Pertanian (Kementan) dan dinas pertanian terkait.
Baca Juga: Diolah dari Kelapa Sawit, Manfaat Biodiesel Banyak Tak Disadari di Indonesia
“Harapan GAPKI, program ini bisa membantu pendapatan petani selama menunggu tanaman sawit menghasilkan, di sisi lain bisa membantu pemerintah dalam penyediaan pangan atau padi,” kata dia.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Uswah Hasanah
Editor: Aldi Ginastiar
Advertisement