Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Kemenangan Trump Diyakini Tak Akan Berdampak Signifikan Terhadap Rupiah

Kemenangan Trump Diyakini Tak Akan Berdampak Signifikan Terhadap Rupiah Kredit Foto: Instagram/Donald Trump
Warta Ekonomi, Sumba Timur, NTT -

Donald Trump berpotensi besar kembali menduduki kursi presiden Amerika Serikat (AS) setelah sang petahana Joe Biden mengundurkan diri pada Minggu, 21 Juli 2024. Keputusan ini tentunya membuat jalan kemenangan Donald Trump terbuka lebar.

Dengan kondisi ini banyak yang berspekulasi jika Donald Trump memenangi pilpres 2024 maka indeks dolar (DXY) akan menguat seperti yang terjadi pada saat dirinya terpilih di tahun 2017.

Menanggapi hal ini, Kepala Grup Departemen Pengelolaan Moneter dan Aset Sekuritas (DPMA) Bank Indonesia (BI), Ramdan Denny Prakoso memprakirakan, jika kemenangan Trump benar-benar terjadi maka dampaknya terhadap indeks dolar (DXY) tidak akan signifikan dibandingkan dengan kemenangan sebelumnya pada 2017.

Baca Juga: Prabowo Subianto Berikan Doa Terbaiknya untuk Donald Trump

Adapun saat itu, indeks dolar melesat cukup signifikan, yakni dari 97 ke 101. Kalau indeks dolar naik, hal ini tentu berpotensi melemahkan mata uang negara lain. Namun, Denny meyakini hal ini tidak akan terulang.

“Cerita yang kemarin berbeda dengan yang sekarang. Kalau yang kemarin sampai detik terakhir, Trump diyakini kalah. Survei terakhir kalah, tapi hasilnya berbeda. Cukup mengagetkan dunia ‘persilatan’, termasuk pasar keuangan, ” ujarnya dalam Editor Briefing BI di Waingapu, Sumba Timur, NTT, Senin (22/7/2024).

Menurutnya, saat ini kebijakan the Fed lah yang akan berpengaruh cukup besar terhadap pasar keuangan ketimbang kemenangan Trump.

"Kebijakan The Fed akan lebih banyak pengaruhnya terhadap pasar keuangan ketimbang terpilihnya Trump. Saya meyakini itu," tegasnya.

Baca Juga: BI Pede Nilai Tukar Rupiah Tetap stabil dan Perkasa, Ini Penyebabnya

Apalagi, lanjutnya, The Fed sudah menunjukkan tanda-tanda kebijakan penurunan suku bunga pada bulan September dan November. Justru dampak The Fed ini lebih berdampak ke pasar keuangan.

"Akan lebih banyak dampak The Fed, ketimbang Trump. Melihat suku bunga the fed sudah mencapai peak (puncaknya)-nya dan loosening (akan lebih longgar untuk penurunan)," tuturnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Fajar Sulaiman
Editor: Fajar Sulaiman

Advertisement

Bagikan Artikel: